Mohon tunggu...
Ariq Ilham
Ariq Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Rookie Writer

23y | Olahraga - Lyfe - Vox Pop

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Ganda Putra Indonesia Pada Kemana?

11 September 2023   21:57 Diperbarui: 11 September 2023   22:05 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fajar/Rian dan Ahsan/Hendra di podium All England 2023 (PBSI)

Ganda Putra Indonesia sudah lama puasa gelar turnamen BWF World Tour. 14 turnamen BWF World Tour plus Kejuaraan Dunia dilalui tanpa gelar juara.

Terakhir kali ganda putra / Mens Double (MD) Indonesia menjadi juara adalah pada bulan Maret lalu, tepatnya pada ajang All England 2023. Pada ajang All England 2023, dua pasangan MD Indonesia yaitu Fajar Alfian/Rian Ardianto dan M Ahsan/Hendra Setiawan melaju ke partai final. Fajri keluar sebagai juara setelah mengalahkan The Daddies dengan skor 21-17 21-14.

MD Indonesia sejatinya mengawali tahun dengan baik. Di turnamen pembuka yaitu Malaysia Open Super 1000 Fajar/Rian berhasil menjadi juara. Di Indonesia Masters Super 500 giliran Leo/Daniel yang menjadi juara. Kemudian di Thailand Masters Super 300 Leo/Daniel kembali keluar sebagai juara.

Dan puncaknya di All England Super 1000, di mana terjadi All Indonesian Final di sektor MD dengan Fajar/Rian keluar sebagai juara dan Ahsan Hendra runner up.

Namun setelah itu, MD Indonesia tidak pernah lagi juara. All England menjadi terkahir kalinya MD Indonesia meraih gelar juara di tunamen bulutangkis level tertinggi. Setelahnya MD Indonesia paling mentok hanya menjadi runner-up, itupun hanya di tiga turnamen.

Kegagalan MD Indonesia merengkuh gelar berdampak pada prestasi timnas bulutangkis Indonesia secara keseluruhan, karena selama beberapa tahun terakhir sektor ganda putra menjadi tulang punggung Indonesia untuk mendapatkan gelar juara.

Dengan tidak adanya wakil MD yang menjadi juara, Indonesia hanya mendapatkan 3 gelar selama periode setelah All England hingga China Open kemarin, dengan total 15 turnamen. 3 gelar tersebut disumbangkan oleh sektor tunggal putri yaitu Gregoria Mariska di Spain Master, dan sektor tunggal putra yaitu Anthony Ginting di Singapore Open, dan Chico Aura di Taipei Open.

15 turnamen tanpa gelar juara adalah sebuah bencana, padahal Indonesia memiliki enam pasang MD yang berada di ranking 25 besar, terbanyak diantara negara lain, dan ranking 1 dunia saat ini dipegang oleh MD Indonesia Fajar Alfian/Rian Ardianto.

Sebelumnya, MD Indonesia sangat mendominasi sektor MD dunia, hampir setiap turnamen ada MD Indonesia yang melaju ke final ataupun juara, tak jarang pula terjadi All Indonesian Final di sektor ganda putra.

Namun kini untuk melenggang ke semi final saja rasanya sulit. Dua turnamen terakhir yaitu Kejuaraan Dunia dan China Open, tidak ada satupun MD Indonesia yang mampu melangkah ke semi final. Fajar/Rian yang merupakan MD ranking 1 dunia saat ini bahkan harus kalah sejak babak pertama di dua turnamen tersebut.

Fajar/Rian yang menyandang predikat ganda putra nomor 1 dunia sejak bulan Desember 2022 berkat penampilan impresifnya sepanjang tahun 2022, kini seakan kehabisan bensin. Terakhir kali Fajri lolos ke final adalah pada saat Korea Open bulan Juli lalu. Di final mereka kalah dari MD India Rankireddy/Shetty.

Kini posisi mereka terancam di kudeta oleh pasangan muda China yang sedang naik daun, Liang Weikeng/Wang Chang. Namun banyak badminton lovers Indonesia yang malah menginginkan Fajri segera lengser dari ranking 1 dunia karena Fajri dianggap terbebani dengan predikat tesebut sehingga tidak bisa bemain lepas.

Leo/Daniel (rank 11) yang di awal tahun mendapat dua gelar juga tidak mampu berbicara banyak di beberapa turnamen terakhir. Terbaru, mereka kandas di babak pertama China Open atas Liang/Wang.

Sementara itu The Daddies yang kini menempati ranking 10 dunia memang sudah seharusnya tidak diberi beban untuk selalu bermain bagus dan menjadi juara. Karena mereka sudah berada di penghujung karir dan juga telah memberikan segalanya untuk Indonesia. Sehingga untuk The Daddies tidak perlu dipermasalahkan.

Lanjut ke Fikri/Bagas (rank 13). MD muda Indonesia satu ini pernah membuat kejutan besar dengan menjadi juara All England tahun 2022 setelah mengalahkan beberapa unggulan. Digadang-gadang bakal bersinar, namun nyatanya performa Fikri/Bagas setelah menjuarai All England justru menurun. Mereka sering terhenti di babak pertama dan 16 besar. Dan sampai saat ini mereka belum pernah lagi juara.

Di tahun ini, performa mereka juga masih naik turun. Sempat dua kali masuk final namun keduanya gagal menjadi juara.

Selanjutnya Pram/Yere yang kini menempati peringkat 22. Prestasi terbaik mereka di BWF World Tour 2023 adalah semi finalis Indonesia Open, mereka juga berhasil membawa pulang medali emas SEA Games 2023. Selebihnya mereka tidak mampu berbicara banyak.

Dan terakhir adalah Marcus/Kevin atau The Minions. Mantan MD terbaik dunia ini kini berada di peringkat 21 dunia. Di tahun ini mereka tidak banyak bermain dikarenakan Marcus mengalami cedera. Turnamen terakhir yang mereka ikuti adalah Singapore Open di bulan Juni.

The Minions adalah salah satu MD terbaik yang pernah di miliki Indonesia. Penampilan mereka sangat konsisten sehingga membuatnya mampu bertahan lama di ranking 1 dunia. Puluhan gelar World Tour telah mereka persembahkan untuk Indonesia. Namun sayangnya, mereka kurang beruntung di major event yaitu Kejuaraan Dunia dan Olimpiade.

Kegagalan di Olimpiade sedikit banyak mempengaruhi mental dan performa mereka. Kali terakhir The Minions berada di podium tertinggi adalah pada saat Indonesia Open 2021, dan pada akhirnya mereka harus lengser dari ranking 1 dunia di akhir 2022.

Hingga kini belum ada MD Indonesia yang bisa menggantikan peran The Minions sebagai pendulang gelar juara bagi Indonesia. Fajar/Rian yang paling mendekati, namun kini mereka juga sedang terseok-seok.

Persaingan di sektor MD saat ini memanglah sangat ketat. Roda berputar sangat cepat di sektor ini. Sementara, perkembangan MD Indonesia sangat lambat dan cenderung stagnan. Ini membuat MD Indonesia seakan tenggelam akhir-akhir ini.

Perlu adanya evaluasi dan juga inovasi dari pemain dan federasi agar MD Indonesia bisa kembali bersaing dan berjaya. Apalagi dalam waktu dekat akan ada Asian Games, dan dalam hitungan bulan akan ada Olimpiade Paris 2024. Tentunya sektor ganda putra diharapkan mampu berprestasi di kedua ajang tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun