Kamis, 30 Januari 2025
Ibr 10:19-25; Mrk 4:21-25
Di masa lalu, ketika belum ada listrik, atau ketika listrik padam, orangtua kita selalu menempatkan lilin atau lampu pelita di tempat yang tinggi. Tujuannya adalah agar selain lebih aman, cahaya api bisa menerangi ruangan yang gelap.
Di masa kini juga kurang lebih sama. Untuk menerangi ruangan secara keseluruhan, lampu di tempatkan di langit-langit rumah. Dengan tujuan yang sama, yakni agar cahaya lampu bisa menerangi seluruh ruangan.
Bagian pertama dalam Injil pada hari ini berkisah tentang perumpamaan tentang lampu pelita yang harus ditempatkan di atas kaki dian, bukan di bawah gantang; bukan pula di bawah tempat tidur.
Pelita tidak bisa ditempatkan di bawah gantang. Gantang itu bentuknya seperti baskom. Jika pelita dilekatakan di gantang, cahaya pelita tidak bisa tersebar dengan baik. Justru, gantang akan menutup sehingga cahaya sulit menerangi.
Pelita juga tidak bisa diletakkan di bawah tempat tidur. Meletakan pelita di bawah tempat tidur resikonya sangat besar, yakni bisa menimbulkan kebakaran. Dengan begitu, akan banyak resiko buruk yang dipikul bilamana pelita diletakkan di bawah tempat tidur.
Pelita justru harus diletakkan di atas kaki dian. Kaki dian ini tidak sekadar tempat api. Dalam Kitab Keluaran 25, orang-orang Israel diminta untuk mendekorasi tempat menyimpan tabut perjanjian. Salah satu detailnya adalah pembuatan kaki dian ini. Dalam pembuatan kaki dian itu, orang Israel harus membuatnya dari emas murni.
Emas sendiri merupakan logam yang terbaik di antara material-material lain yang terkategori sebagai logam. Sebagai logam murni, emas sering menjadi bahan yang harus diuji terlebih dahulu untuk membuktikan keasliannya: "Emas diuji di dalam api".
Kaki dian diletakkan dekat dalam kemah suci yang berisikan tabut perjanjian. Kaki dian tersebut akan menerangi siang dan malam. Keterangan "siang dan malam" ini artinya sepanjang hari alias setiap hari. Kaki dian inilah yang selalu menerangi kemah suci setiap hari. Dalam arti, kaki dian menjadi penerang.