Rabu, 22 Januari 2025
Ibr 7:1-3, 15-17; Mrk 3:1-6
Bacaan Injil pada hari ini masih berkutat soal renovasi makna hari Sabat orang Yahudi. Yesus menyembuhkan seorang pria yang tangannya mati sebelah. Kejadian tersebut terjadi di rumah ibadat di hadapan para pemimpin agama, dan pada hari Sabat.
Langkah berani diambil oleh Yesus karena Dia menyembuhkan pada hari Sabat, dan disaksikan langsung oleh pemimpin agama. Namun, langkah berani Yesus ini memiliki makna penting perihal perbuatan baik sebagai tindakan yang wajib dilakukan.
Berbuat baik bukanlah sekadar pilihan atau tindakan sukarela, tetapi merupakan kewajiban moral. Mengapa berbuat baik adalah tindakan wajib? Sebab, pertama, berbuat baik adalah tindakan kasih. Ketika Yesus hendak menyembuhkan orang yang tangannya mati, Dia tahu bahwa orang-orang Farisi sedang berada di rumah ibadat itu untuk mencari-cari kesalahan Yesus.
Yesus, yang penuh kasih, tahu bahwa berbuat baik tidak dapat dibatasi oleh hukum dan tradisi manusia. Oleh sebab itu, Yesus bertanya, "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat?" (Mrk 3:4). Itu artinya, berbuat baik merupkan tindakan kasih yang harus dilakukan.
Kedua, berbuat baik tidak mengenal batasan waktu dan tradisi. Dalam pandangan orang Farisi, menyembuhkan orang pada hari Sabat adalah suatu pelanggaran terhadap hukum yang berlaku. Namun, bagi Yesus, berbuat baik adalah kewajiban moral yang lebih tinggi ketimbang harus mempertahankan tradisi atau aturan yang justru tidak mendatangkan hidup.
Dengan demikian, Yesus menunjukkan bahwa moralitas sejati tidak ditentukan oleh aturan-aturan atau tradisi manusia, tetapi oleh prinsip kasih yang lebih tinggi. Jika ada orang yang membutuhkan pertolongan, maka seseorang tidak bisa menunda ntuk berbuat baik hanya karena waktu dan aturan tertentu. Bertindak baik sebagai sebuah kewajiban moral untuk mengasihi sesama lebih penting daripada mempertahankan rutinitas.
Hari Sabat memang menjadi waktu untuk beristirahat. Namun, bagi Yesus, tindakan kasih tidak bisa beristirahat. Tindakan baik yang dilandasi kasih tidak mengenal waktu. Kasih harus tetap mengalir, termasuk pada hari-hari yang kita anggap "terbatas" oleh aturan dan tradisi.
Dan ketiga, berbuat baik mengarah kepada kehidupan yang menghormati Tuhan. Di balik tindakan baik sebagai sebuah kewajiban moral, sebenarny tercermin nilai-nilai Kerajaan Allah. Yang tampak memang kewajiban moral, namun spirit dari itu semua adalah cinta kasih Kristiani. Dengan begitu, seseorang menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang murid Kristus yang menghidupi ajaran-Nya.