Bagi Yesus, setia pada hukum Allah memiliki arti memprioritaskan kesejahteraan semua orang, yang mencerminkan penerimaan Allah terhadap semua orang sebagai anak yang dikasihi. Dalam hal ini, Yesus membaca hukum/aturan dari perspektif belas kasih terhadap kehidupan.
Di sisi lain, posisi orang Farisi tidak sepenuhnya disalahkan. Perlu untuk mengapresiasi tindakan orang Farisi yang mengingatkan untuk taat pada aturan yang berlaku. Ada adagium, "Layanilah aturan maka aturan akan melayani anda".
Namun, yang salah dari mereka adalah terlalu membuat aturan menjadi kaku. Aturan dilaksanakan sebagaimana tertulis; jika yang tertulis adalah A, maka yang dilakukan adalah A; jika yang tertulis adalah A, tetapi yang dilakukan adalah B atau C, maka harus dihukum. Dalam hal ini, mereka kurang dalam hal penafsiran.
Bacaan Injil pada hari ini mengingatkan kita akan pentingnya kehidupan di atas segala hukum/aturan yang dibuat. Hukum/aturan dibuat untuk melayani manusia. Yesus mengajarkan kita bahwa hukum/aturan ada untuk melayani kita dan membantu kita hidup dalam kasih kepada Tuhan dan sesama.
Namun, itu tidak berarti kita tidak lagi hidup tanpa hukum/aturan. Hukum/aturan  tetap dibutuhkan untuk melayani manusia. Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum, melainkan untuk mengembalikan makna hukum/aturan pada tujuan yang benar, yakni untuk melayani manusia.
Makna hukum/aturan adalah untuk melayani manusia ini sangat penting dalam kehidupan bersama. Sebab seringkali kita melihat bahwa hukum/aturan membuat orang hidup dalam kesengsaraan. Sering kita melihat sekelompok orang menjadikan hukum/aturan berlaku untuk kaum tertentu, sedangkan untuk kaum lain tidak berlaku. Jadi, ada tebang pilih dalam memberlakukan hukum/aturan. Atau istilah kita, "Hukum tumpul ke atas, tapi tajam ke bawah". Itu artinya hukum telah dipelintir untuk kepentingan tertentu, bukan untuk melayani semua manusia.
Bacaan Injil hari ini juga mengingatkan kita akan pentingnya membenamkan diri dalam Sabda Tuhan. Sabda Tuhan dalam Alkitab bukanlah buku peraturan atau buku hukum, melainkan panduan yang mengarahkan kita untuk memperdalam hubungan dengan Dia dan orang lain.
"Keselamatan jiwa-jiwa adalah hukum tertinggi dalam Gereja Katolik" (bdk. Kan 1752)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H