Sabtu, 18 Januari 2025
Ibr 4:12-16; Mrk 2:13-17
Statement Yesus dalam bagian akhir Injil hari ini menarik untuk direnungkan: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" (Mrk 2:17).
Kata-kata Yesus ini menggambarkan radikalitas keberpihakan Yesus kepada orang-orang berdosa. Apa yang dilakukan Yesus merupakan sebuah deklarasi radikal yang mengubah cara pandang tentang kasih dan penerimaan Allah.
Terdapat beberapa hal yang bisa kita lihat bersama terkait dengan keberpihakan Yesus terhadap orang-orang berdosa. Pertama, Yesus tidak datang untuk orang-orang yang merasa dirinya sudah benar, tetapi Dia datang untuk orang-orang yang sadar akan kedosaannya.
Perkataan-perkataan Yesus yang penuh kasih menunjukkan bahwa Dia datang untuk mendekati mereka yang terasing, mereka yang terjatuh dalam dosa, dan mereka yang mengalami kegagalan moral. Orang-orang yang tidak diterima oleh masyarakat dianggap sebagai "orang sakit", dan Yesus dengan radikal datang untuk menyembuhkan mereka.
Kedua, keberpihakan Yesus bukan hanya bersifat pribadi, tetapi juga melibatkan tindakan yang melawan struktur sosial dan agama yang ada pada waktu itu. Para ahli Taurat dan orang Farisi menganggap bahwa makan bersama orang berdosa adalah tindakan tak pantas dan menajiskan.
Tetapi Yesus justru, dengan radikal, melangkah melewati batasan-batasan itu untuk menunjukkan bahwa kasih Allah lebih besar dari sekadar aturan dan tradisi manusia. Dia datang untuk menjangkau mereka yang dianggap hina oleh dunia.
*
Yesus memperlihatkan bahwa Allah senantiasa membuka dirinya kepada siapapun yang disebut sebagai berdosa. Pintu kerahiman Allah selalu terbuka bagi siapa saja yang mau hidup dalam sebuah cara hidup yang baru. Pintu kerahiman Allah selalu terbuka bagi orang-orang yang bertobat. Lewi dalam Injil hari ini merupakan contoh kecil dari bagaimana Allah mengasihi dia, kendati dirinya adalah orang berdosa.
Yesus hari ini mengajak kita untuk memiliki hati yang terbuka terhadap siapa pun. Dengan hati terbuka, kita diajak untuk tidak mendiskriminasi mereka yang telah jatuh dalam dosa. Seorang pendosa harus tetap diterima meski kita tidak bisa membenarkan dosa yang sudah dia lakukan.
Dengan menerima orang yang telah berbuat dosa, seperti Yesus, kita diajak untuk menjadi saluran kasih Tuhan untuk orang-orang. Meski harus kita akui bahwa kita tidak menjadi "tabib" saat itu juga, tetapi paling tidak kita telah menjadi saksi Allah untuk membawa mereka yang berdosa itu kembali kepada Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H