Kamis, 16 Januari 2025
Ibr 3:7-14; Mrk 1:40-45
Kita pasti pernah, bahkan sekarang ini, mengalami masa-masa sulit dalam hidup, terutama kita atau orang yang kita kasihi berhadapan dengan rasa sakit. Sakit itu bisa datang dengan berbagai bentuk, baik fisik maupun emosional. Namun, bacaan Injil hari ini mengantar kita untuk melihat kerahiman Tuhan yang tak terbatas, yang menyembuhkan dan memberikan harapan kepada seorang penderita penyakit kusta.
Pada zaman Yesus, kusta bukanlah sekadar penyakit fisik, tetapi juga penyakit dalam masyarakat, sehingga secara sosial orang kusta harus dikucilkan. Penderita kusta dianggap najis dan tidak diperbolehkan bergaul dengan masyarakat. Mereka harus disuruh tinggal jauh.
Dengan situasi tersebut, tentu ada rasa putus asa yang mendalam. Barangkali sebagai penderita kusta, setiap hari hanya bertanya-tanya: Berapa lama harus menderita kesendirian dan keterasingan? Berapa lama harus merasakan penolakan dari sesama? Penyakit kusta bukan sekadar penyakit fisik, tetapi membuatnya terpisah dari hidup normal dan dari keluarga  serta teman-temannya.
Namun, dengan iman yang teguh, si kusta memberanikan diri dan menguatkan mental untuk pergi mendekat kepada Yesus. Keinginan si kusta untuk sembuh adalah buah dari iman dan kepercayaannya yang kuat akan Yesus. Dia percaya bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan.
Yesus kemudian menunjukkan kerahiman-Nya yang luar biasa. Yesus tidak sekadar menyembuhkan, tetapi menampakkan kasih yang mendalam. Hal yang lebih hebat lagi adalah Yesus tidak hanya sekadar berkata-kata, tetapi berani menjamah si kusta agar si kusta sembuh.
Aksi Yesus ini justru memecah stigma negatif terhadap orang kusta. Yesus tidak merasa jijik dengan penyakitnya tetapi malah mendekat dan memberikan kesembuhan. Itu artinya, kusta bukanlah penyakit kutukan dari Tuhan sebagaimana yang dipercaya oleh orang-orang Israel, toh justru Tuhan tidak menjauh dari si penderita kusta. Tuhan justru menampilkan sisi diri-Nya yang lain sebagai Tuhan yang penuh belas kasih dan kerahiman, yang tidak pernah menjauh dari penderitaan manusia.
***
Dari bacaan Injil hari ini, marilah kita ingat bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang penuh belas kasih. Tidak ada penyakit dan tidak ada penderitaan yang lebih besar dari belas kasih Allah. Dia adalah Tuhan yang selalu peduli dan selalu siap menyembuhkan kita.
Ketika kita merasa lemah dan terpuruk, marilah kita datang pada Tuhan dengan iman yang kuat. Belas kasih Tuhan itu selalu siap sedia dan tersedia. Sekarang tugas kita adalah pergi kepada-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H