Sukacita itu bukan tergantung pada keadaan duniawi, melainkan pada hubungan kita dengan Tuhan. Pertanyaannya, bagaimana relasi saya dengan Tuhan? Apakah saya sudah sungguh dekat dengan Tuhan?
Bacaan pertama hari ini menjadi alarm yang baik bagi kita untuk membuka hati dan menyambut Tuhan dalam kehidupan kita. Dalam setiap pertemuan dengan Tuhan, kita akan merasakan sukacita, karena Tuhan selalu datang untuk membawa keselamatan dan kebahagiaan yang abadi.
Kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita adalah alasan terbesar untuk bersukacita, karena Dia adalah sumber segala berkat dan kegembiraan.
Kedua, belajar dari kisah Maria dan Elisabet. Keduanya menjadi bahan pembelajaran yang baik bagi kita untuk saling membagi sukacita dengan sesama yang lain. Maria dan Elisabet sama-sama membagikan sukacita yang mereka terima dari Tuhan. Itu artinya, sukacita Tuhan itu sendiri mestinya menjalar kepada yang lain.
Sukacita tidak terkurung pada diri sendiri, tetapi dibagikan kepada orang lain. Pertanyaannya, apakah saya sudah membagikan sukacita Tuhan dengan orang lain, dengan orang di sekitar saya, dengan orang tua?
Dalam bacaan pertama, kita mendapat pesan untuk hidup dalam sukacita Tuhan. Kemudian dalam bacaan Injil hari ini, kita mendapat pesan untuk membagi sukacita Tuhan itu dengan orang di sekitar kita. Semoga sukacita yang kita terima dari Tuhan tersalurkan untuk orang lain juga. Agar kita menjadi penyalur rahmat Allah. Dan agar Allah semakin dikenal, dicintai, dilayani, dan dipuji oleh semua makhluk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H