Euro 2020 memakan korban. Pada laga grup B yang mempertemukan Denmark vs Finlandia, gelandang Denmark, Christian Eriksen mengalami kolaps.
Kolapsnya Eriksen mengundang perhatian. Para pemain dan wasit langsung bergegas memanggil tim medis untuk memberikan pertolongan pertama.
Orang-orang pun memberikan support kepada Eriksen dengan berbagai cara. Pemain Finlandia, Joel Pohjanpalo, yang mencetak gol pada laga itu tidak ingin berselebrasi. Dia mempersembahkan gol itu untuk Eriksen.
Dari para penonton. Setelah pertandingan itu dilanjutkan, supporter tidak lagi terbagi antara pendukung Denmark dan pendukung Finlandia. Mereka secara terbuka meneriakan nama Christian Eriksen sebagai bentuk dukungan kepadanya.
Romelo Lukaku, rekan setim Eriksen di Inter Milan, turut mendukung Eriksen. Saat itu, Belgia sedang melawan Russia. Setelah mencetak gol, Lukaku berlari ke arah kamera. Di depan kamera, Lukaku mengucapkan, "Chris, I love you".
Secara umum, terlihat bahwa semua orang memiliki rasa kemanusiaan yang begitu tinggi. Mereka mengharapkan yang terbaik untuk Eriksen. Mereka berempati untuk Eriksen atas apa yang sedang dideritanya.
Akan tetapi, rupanya rasa kemanusiaan (dalam arti peduli terhadap orang lain) pada Euro 2020 kali ini, belum penuh. Pada Euro 2020 ini, ada kejadian yang juga turut mencoreng rasa kemanusiaan itu.
Kejadian yang dimaksud adalah yang dilakukan oleh para supporter Hungaria. Terdapat beberapa momen para supporter ini melakukan aksi yang tidak terpuji.
Pertama, para supporter Hungaria menolak untuk mendukung gerakan "Black Lives Matter". Hal itu terlihat dari spanduk yang mereka bentangkan. Pada spanduk itu, terdapat gambar siluet dari seorang pria yang berlutu dengan satu kaki saja. Kemudian ada lingkaran dan garis diagonal pada spanduk itu (Sumber: twitter @Awaydays23)
Kedua, supporter juga berulah dengan kaitannya dengan rasisme. Pada lama melawan Prancis, supporter Hungaria meneriakan suara mirip monyet. Suara itu sangat pasti ditujukan kepada para pemain Prancis yang berkulit hitam (Sumber: indosport.com).
Kasus tercorengnya rasa kemanusiaan dalam sepak bola bukan sekali ini terjadi. Para pemain kulit hitam sangat sering mendapat ejekan rasis dari para supporter. Tentu, ini sangat disayangkan. Masih begitu banyak orang yang sulit menerima perbedaan. Kebencian mereka terhadap yang berbeda warna kulit sulit terhindarkan.
FIFA sejak lama telah menyerukan untuk melawan segala bentuk rasisme. Perlawanan itu tidak hanya menyasar dalam sepak bola saja, tetapi juga untuk semua bidang kehidupan. Maka, FIFA banyak kali mengkampanyekan "Say no to Racism".
Kampanye penghapusan rasisme harus terus digaungkan di segala bidang kehidupan. Termasuk dalam sepak bola, rasisme juga harus segera dihapus.
Sebab, jika dibiarkan terus-menerus, rasisme tampaknya akan menjadi penyakit akut yang sulit disebuhkan dalam sepak bola juga. Entah sampai kapan akan sembuh. Sampai... entahlah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H