Sepak bola musim 2015-2016 dibuat geger dengan nama klub, Leicester City. Klub yang tidak ada apa-apanya ini menjadi juara Liga Premier Inggris. Mereka mengalahkan tim-tim sekaliber Manchester United, Manchester City, Liverpool, Chelsea, Arsenal, yang selalu menjadi kandidat kuat pemenang di setiap musim.
Kala itu, tim yang dinahkodai pelatih kawakan asal Italia, Claudio Ranieri ini hanya berbebekal pemain tidak terkenal. Siapa yang kenal Jamie Vardy sebelumnya? Siapa yang kenal Riyadh Mahrez? Siapa yang kenal Ngolo Kante? Siapa sih mereka sebelum menjuarai kasta tertinggi sepak bola Inggirs musim 2015-2016 itu? Yah, mereka cuma pemain biasa-biasa yang kalah pamor dari para pemain hebat di klub-klub besar.
Ketika mereka memenangkan liga tersebut, kata "dongeng" muncul berulang kali. Dongeng yang dimaksud adalah dongeng Cinderella yang berkisah tentang seorang perempuan biasa yang dipersunting oleh seorang pangeran kerajaan. Suatu hal yang sulit terjadi.
Demikian yang dikaitkan dengan Leicester. Klub yang biasa saja itu bisa menjadi juara. Jadi, juaranya Leicester itu seperti dongeng Cinderela: sebuah klub biasa menjadi juara liga pada kasta tertinggi.
Pada Euro 2020 kali ini, kata "dongeng" kembali muncul. Banyak yang menyebut keberhasilan sebuah tim bak dongeng. Denzel Dumfries menyebut kemenangan 2-0 atas Austria seperti sebuah dongeng (Sumber: kompas.com).
Ada pula yang menyebut lolosnya Denmark ke babak 16 besar adalah juga bak dongeng. Pasalnya, tim berjuluk Dynamite itu harus kehilangan Christian Eriksen, mengalami kekalahan sebanyak dua kali, tetapi meraih kemanangan 4-1 atas Russia (Sumber: seputarcibubur.pikiran-rakyat.com).
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah keberhasilan sebuah tim yang relatif kecil, tak berbintang, tak diperhitungkan itu adalah dongeng?
Tidak Sepak bola bukanlah sebuah dongeng. Tidak ada dongeng dalam sepak bola.
Keberhasilan sebuah tim bergantung dari seberapa besar tim tersebut bekerja keras. Ada hal yang kita sebut sebagai kerja keras dalam meraih keberhasilan. Kerja keras yang dimaksud ada dalam tiga poin berikut ini.
Poin pertama, soal manajemen tim. Di sini peran dan posisi sang pelatih sangat vital. Sebagai pelatih, dia harus bisa membangun tim dari segala aspek: formasi yang tepat, kejelian memanfaatkan peran setiap pemain, ketelitian dalam menyerang dan bertahan sekaligus, pendekatan emosional dengan pemain, manajemen waktu, dan lain-lain.