Saya tidak sendirian dalam hal ini. Saya sering melihat istri saya juga mencium kening anak-anak sebelum tidur atau ketika mereka hendak pergi sekolah. Ternyata, kebiasaan ini juga dilakukan oleh banyak orang tua lainnya yang ingin memperkuat ikatan emosional dengan anak-anak mereka.
Setiap kali saya mencium kening anak-anak, saya berharap mereka merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan dulu, kehangatan, kenyamanan, dan perasaan dicintai tanpa syarat.
Kadang, ketika mereka sudah tidur, saya masuk ke kamar mereka, membetulkan selimutnya, lalu mencium kening mereka dengan lembut. Meskipun mereka tidak sadar, saya percaya bahwa kasih sayang yang saya berikan akan tetap terasa dalam hati mereka.
Saat kami berkumpul di ruang keluarga, saya sering menarik mereka ke dalam pelukan dan mencium kening mereka. Saya ingin mereka tahu bahwa kasih sayang saya tidak mengenal waktu dan tempat, dan bahwa mereka selalu bisa merasakan kehangatan itu kapan saja.
Bahkan ketika kami sedang bepergian atau berada di tempat umum, saya tidak segan untuk mencium kening mereka. Saya ingin mereka tahu bahwa rasa sayang ini tidak hanya ditunjukkan dalam suasana tertentu, tetapi merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari kami.
Saya percaya bahwa mencium kening anak bukan hanya sekadar gestur fisik, tetapi juga memiliki dampak psikologis yang besar. Saat saya melakukannya, saya melihat ekspresi bahagia di wajah mereka, yang menunjukkan betapa mereka merasa dihargai dan dicintai.
Ada saatnya anak-anak menghadapi hari yang berat. Mungkin mereka lelah setelah belajar di sekolah, bertengkar dengan temannya, atau mengalami hal yang membuat mereka sedih. Dalam situasi seperti itu, mencium kening mereka bisa menjadi cara saya untuk menenangkan mereka tanpa harus banyak berkata-kata.
Saya juga yakin bahwa kebiasaan ini membantu membangun rasa percaya diri dalam diri mereka. Anak-anak yang tumbuh dengan kasih sayang yang cukup akan lebih mudah menghadapi dunia luar dengan perasaan aman dan nyaman.
Selain itu, sebagai orang tua, saya ingin meninggalkan kenangan yang indah bagi mereka. Saya ingin mereka selalu mengingat bahwa ayahnya pernah mencium kening mereka dengan penuh kasih, dan bahwa mereka selalu memiliki tempat yang hangat dalam hati saya.
Saya selalu berusaha mencium kening anak-anak dengan penuh kelembutan dan ketulusan. Saya tidak ingin melakukannya hanya sebagai kebiasaan yang kosong, tetapi sebagai momen yang benar-benar berarti bagi kami.
Saat melakukannya, saya sering mengiringinya dengan kata-kata positif seperti, "Ayah sayang kamu," atau "Jadilah anak yang baik, ya." Saya ingin mereka merasakan bahwa kasih sayang saya tidak hanya dalam bentuk tindakan, tetapi juga dalam ucapan yang bisa mereka kenang.