Terakhir, selalu perbarui pemahaman kita tentang keamanan digital. Dunia maya terus berkembang, dan risiko yang ada pun semakin beragam. Dengan selalu mencari informasi terbaru tentang perlindungan data dan privasi anak, kita bisa memastikan bahwa sharenting yang kita lakukan tetap aman dan bertanggung jawab.
Kisah Inspiratif: "Mama, Aku Malu"
"Mama, tolong hapus fotoku yang waktu kecil itu," pinta Aisha dengan wajah memerah.
Ibunya, Dina, menatap layar ponselnya dan melihat foto Aisha saat masih berusia tiga tahun, sedang mandi dengan penuh busa di bak kecil. Foto itu telah ada di media sosial sejak bertahun-tahun lalu.
"Kenapa, sayang? Itu foto lucu, kok," jawab Dina sambil tersenyum.
"Tapi teman-temanku mengejekku di sekolah. Mereka bilang aku masih bayi," keluh Aisha, suaranya lirih.
Dina terdiam. Ia tak pernah berpikir bahwa unggahannya beberapa tahun lalu bisa berdampak pada anaknya sekarang. Dengan cepat, ia membuka media sosial dan menghapus foto itu. Tapi, di dalam hati, ia sadar bahwa jejak digital tidak benar-benar bisa dihapus.
Sejak kejadian itu, Dina lebih berhati-hati. Ia mulai meminta izin kepada Aisha sebelum mengunggah sesuatu. Jika Aisha menolak, Dina menghormatinya. Ia juga mulai membatasi siapa saja yang bisa melihat unggahan tentang keluarganya.
Suatu hari, saat Aisha mendapat penghargaan di sekolah, Dina ingin membagikannya di media sosial.
"Bagaimana kalau mama unggah ini?" tanyanya sambil menunjukkan foto kepada Aisha.
Aisha tersenyum dan mengangguk. "Boleh, asalkan cuma foto ini, tanpa cerita yang terlalu banyak."