Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perputaran Waktu

6 Januari 2025   10:36 Diperbarui: 6 Januari 2025   10:36 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://jalandamai.org/hikmah-pergantian-waktu.html/amp 

 

PERPUTARAN WAKTU

Kesadaran Akan Akhir Kehidupan

Orang yang paling bijaksana adalah mereka yang mengingat mati dan menjadikan setiap detik hidupnya bermakna

Bukankah setiap perputaran jarum jam pada porosnya sejatinya adalah umur kita yang kian menua?

Setiap detik yang berlalu, setiap putaran jarum jam, sejatinya adalah tanda bahwa usia kita kian menua. Hari-hari yang bergulir dalam kalender, pekan, bulan, hingga tahun yang silih berganti sebenarnya hanyalah pengingat bahwa waktu kita di dunia ini terbatas. Pertanyaan yang patut kita renungkan adalah: Apakah kita sadar akan arah perjalanan hidup ini?

Waktu terus berjalan tanpa henti, mengantarkan kita dari satu fase kehidupan ke fase berikutnya. Dalam keseharian, kita menyaksikan orang-orang terdekat dalam hidup kita baik itu teman, saudara, bahkan keluarga satu per satu pergi meninggalkan dunia ini. Kehilangan mereka adalah kenyataan pahit yang sering kali menggugah kesadaran, namun tak jarang juga terlupakan seiring berjalannya waktu.

Tidakkah cukup kematian yang kita saksikan menjadi pelajaran bahwa hidup ini sementara? Bukankah perpisahan dengan mereka yang telah berpulang seharusnya menjadi peringatan bahwa kita pun akan menyusul? Namun, mengapa sering kali kita abai untuk bertaubat dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan abadi di akhirat?

Rasulullah SAW, dalam sabdanya, menegaskan bahwa kecerdasan seorang mukmin tidak diukur dari harta atau kepandaiannya, melainkan dari kemampuannya mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelahnya. Mereka yang sadar akan kefanaan dunia adalah yang paling cerdas, karena mereka memahami arti sejati dari kehidupan: menanam amal shalih sebagai bekal menuju keabadian.

Namun kenyataan sering berkata lain. Manusia kerap tenggelam dalam hiruk-pikuk dunia, mengejar ambisi, dan membangun cita-cita seolah-olah hidup ini tiada akhir. Waktu yang semestinya dimanfaatkan untuk memperbaiki diri justru dihabiskan untuk hal-hal yang tak abadi. Akhirnya, kesadaran akan kematian baru muncul saat musibah datang atau kematian orang terdekat mengetuk pintu hati kita.

Tidak ada yang salah dengan meraih impian atau menikmati kehidupan. Namun, yang sering terlupakan adalah keseimbangan. Hidup bukan hanya tentang dunia, melainkan juga tentang persiapan menuju akhirat. Membangun karier, harta, dan kehormatan perlu diimbangi dengan kesadaran bahwa semua itu hanyalah titipan sementara. Sudahkah kita menanam nilai-nilai yang akan bertahan hingga alam baka?

Mengingat mati bukan berarti harus takut atau larut dalam pesimisme, melainkan menjadi pengingat untuk lebih bijaksana dalam menjalani hidup. Waktu yang terus berputar bukanlah musuh, melainkan guru yang mengajarkan bahwa setiap momen adalah kesempatan untuk bertumbuh. Momen itu bisa digunakan untuk memperbaiki hubungan, meningkatkan kualitas ibadah, atau menebar manfaat bagi sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun