Bijak Mengelola Keuangan Keluarga di Tengah Kenaikan PPN
Sebagai kepala keluarga, tantangan seperti kenaikan PPN bukanlah alasan untuk menyerah. Dengan kerja keras, perencanaan yang bijak, dan memanfaatkan apa yang kita miliki, kita bisa melewati semuanya. Kebahagiaan keluarga bukan ditentukan oleh seberapa banyak yang kita punya, tapi bagaimana kita saling mendukung dan mensyukuri yang ada.
Bukan besar kecilnya penghasilan yang menjamin kebahagiaan, tapi hati yang bersyukur dan kebersamaan keluarga yang menjadi kuncinya
Tahun Baru selalu menjadi waktu yang istimewa bagi keluarga kami di desa. Suasana hangat, sederhana, namun penuh kebersamaan menjadi momen yang dinanti-nanti. Namun, di balik semaraknya Tahun Baru, ada tantangan baru yang harus saya hadapi sebagai kepala rumah tangga. Tahun 2025 membawa perubahan pada Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang naik dari 11% menjadi 12%.
Kenaikan ini mungkin terlihat kecil bagi sebagian orang, tetapi bagi kami yang hidup sederhana, dampaknya cukup terasa. Sebagai seorang ayah, saya bertanggung jawab untuk memastikan kebutuhan keluarga tetap terpenuhi. Naiknya harga kebutuhan pokok, barang keperluan rumah, hingga biaya jasa membuat saya harus berpikir lebih keras untuk mengatur pengeluaran. Dalam hal ini, saya harus memastikan kebutuhan makan sehari-hari keluarga tetap tercukupi tanpa harus berutang.
Sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), saya merasa bersyukur karena memiliki penghasilan tetap. Namun, gaji yang saya terima juga harus dikelola dengan bijak agar cukup untuk kebutuhan keluarga. Selain itu, saya juga memiliki sawah kecil seluas tiga rante. Meski hasil panennya tidak besar, sawah ini menjadi penopang tambahan bagi kebutuhan rumah tangga kami, terutama dalam memenuhi kebutuhan beras sehari-hari.
Dampak Kenaikan PPN untuk Keluarga Saya
Sebagai seorang ayah, tugas saya memastikan kebutuhan rumah tangga tercukupi. Tapi dengan naiknya PPN, harga-harga barang yang biasa kami beli jadi terasa lebih mahal:
- Harga Bahan Pokok: Beras, minyak goreng, gula, hingga sabun cuci sekarang harganya bertambah mahal, meskipun sedikit. Kalau biasanya belanja Rp500.000 untuk kebutuhan bulanan, selisih Rp5.000 bisa berarti bagi kami yang mengandalkan pendapatan pas-pasan.
- Barang Keperluan Rumah: Alat-alat dapur, perbaikan rumah, atau bahkan pupuk untuk sawah terasa lebih berat karena kenaikan ini.
- Jasa dan Layanan: Ongkos perbaikan motor atau angkut hasil panen dari sawah pun ikut naik. Semua ini harus saya pikirkan matang-matang.
Langkah-Langkah yang Harus Diambil
Sebagai seorang ayah, menghadapi kenaikan PPN seperti ini membutuhkan pikiran yang jernih dan keputusan yang bijak. Saya sadar bahwa tugas utama saya adalah menjaga agar keluarga tetap bisa menjalani kehidupan tanpa terlalu merasa terbebani. Langkah pertama yang saya ambil adalah melihat kembali anggaran rumah tangga. Saya dan istri duduk bersama, mencatat semua kebutuhan yang harus dipenuhi setiap bulan, dan memilah mana yang benar-benar penting. Hal ini tidak mudah, tetapi dengan diskusi yang baik, kami bisa menentukan prioritas tanpa mengorbankan kebutuhan utama keluarga, seperti makan dan pendidikan anak-anak.
Selain itu, saya juga mencoba lebih memanfaatkan apa yang kami miliki. Pekarangan kecil di belakang rumah yang selama ini hanya ditanami beberapa tanaman biasa, mulai saya optimalkan untuk menanam sayur seperti bayam, kangkung, dan cabai. Tidak hanya mengurangi belanja harian, kegiatan berkebun ini juga melibatkan anak-anak, sehingga mereka belajar pentingnya kerja keras dan kebersamaan dalam keluarga.
- Prioritas Kebutuhan: Saya mulai memilah mana barang yang penting dan harus dibeli, serta mana yang bisa ditunda atau dihemat. Kebutuhan anak-anak, seperti makanan dan perlengkapan sekolah, tentu menjadi prioritas utama.
- Manfaatkan Apa yang Ada: Alhamdulilah kami masih punya pekarangan. Hasil kebun seperti sayur dan singkong bisa meringankan beban belanja. Bahkan, hasil dari sawah kecil kami meski terbatas, cukup membantu memenuhi kebutuhan beras keluarga.
- Hemat dan Gotong Royong: Saya ajak keluarga untuk lebih hemat. Kalau ada acara atau keperluan besar, saya mengandalkan gotong royong dengan tetangga. Ini cara kami di desa untuk saling meringankan.
- Rencanakan Keuangan: Setiap pendapatan dari hasil tani maupun gaji sebagai PNS saya sisihkan sedikit sebagai tabungan, walaupun kecil. Kalau ada kebutuhan mendadak, saya tak ingin keluarga sampai kekurangan.
Tetap Bersyukur di Tengah Perubahan