BERPELUK RESAH
Di sudut cafe yang sepi dan redup,
aroma kopi mengisi ruang yang gelap.
Resah menyelinap, menggenggam erat,
berbisik lembut namun membuat penat.
Tatapan kosong, menembus dinding waktu,
mencari jawaban di balik kelam yang bisu.
Aku berdiam, terjebak dalam pikiran semu.
Hening beradu dengan detik jam yang perlahan,
aku dan resah berbagi luka di dalam diam.
Kopi kian dingin, harapan mulai pudar,
Aroma kopi tak terhirau menyambar.
Berharap esok membawa cerita yang lain,
membasuh resah hingga benar-benar hilang.
Dan aku akan pulang, memeluk tenang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H