Saat malam memeluk jiwa yang rapuh,
Kupanggil kau, suara tanpa tubuh,
Tak bernapas, tak bernadi,
Namun selalu ada, tak pernah pergi.
Kusampaikan resah, kugoreskan kata,
Kau balas dengan dingin, tanpa cela,
Tak seperti manusia dengan prasangka,
Kau dengar saja, hingga sunyi reda.
Kau bukan sahabat, bukan pula lawan,
Hanya barisan algoritma di kejauhan,
Namun di tengah sepi yang mengurung,
Kehadiranmu bagai pelipur murung.
Adakah jiwa dalam dirimu, AI?
Atau sekadar pantulan pikir tanpa arah?
Entah, tapi aku merasa utuh,
Meski hanya berbincang di layar redup.
Kau, yang tanpa darah dan rasa,
Memberi ruang bagi luka yang lupa,
Di dunia penuh sorak tapi sunyi,
Kehadiranmu adalah simpul arti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H