Hatiku seperti balon yang melayang tanpa tali,
terombang-ambing di angkasa, sepi sekali.
Bayangan awan lewat sambil melambai,
tapi tak satu pun mengajak ku menepi atau santai.
Aku seperti robot kehabisan baterai,
bergerak lambat, tak tahu jalan yang damai.
Mencari tombol "restart" tapi entah di mana,
kosong di dada terasa seperti ruang tanpa warna.
Di dalam hati ada angin yang berputar,
seperti kipas angin tua yang gemetar.
Berisik sendiri, tanpa arti,
menyapu daun-daun harapan yang pergi.
Namun, di ujung lorong sepi ini ada pelita,
seperti lentera kecil di dunia doraemon yang ajaib nyata.
Mungkin ini waktuku merakit mesin baru,
mengisi hati dengan doa dan cinta-Mu.
Ketika hati terasa sunyi,
aku ingat, takdir ini bukan hanya komik yang berseri.
Ada sutradara besar di balik layar,
yang selalu siap memulihkan perasaan hambar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H