Di lembah sunyi, angin berbisik lembut,
Membawa aroma embun yang menggantung di pucuk daun,
Bulan mengguratkan senyumnya di atas langit kelabu,
Seakan menyulam cerita dari ribuan langkah yang berlalu.
Setiap bayang menari di antara cahaya redup,
Beradu dengan alunan malam yang tak pernah letih,
Semesta melukiskan takdir dalam rahim waktu,
Rahasia alam terukir di setiap desir bisu.
Di atas batu yang berlumut hijau,
Air sungai mengalir seperti mantra tak berujung,
Menghantarkan rindu ke samudra jauh,
Di mana laut menyimpan kerinduan paling agung.
Cinta menjadi debur ombak yang tak padam,
Menghantam karang, namun tetap melantun nada,
Ah, dunia ini hanyalah puisi tanpa kata,
Dimana hati kita menjadi pena.
Jangan kau tanya mengapa bintang jatuh di pelataran,
Sebab jawabannya ada di cakrawala hatimu,
Setiap keheningan adalah bahasa Tuhan,
Yang mengajarkan manusia cara mencintai waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H