Riuh di Sudut Pendidikan
Ketika keterbatasan menjadi kendala utama,
Seorang murid berkata, "Bu, aku tak bisa menulisnya."
Di sudut lain, seorang anak mengadu,
"Pak, pensil saya patah, harapan saya pun redup."
Fenomena ini tak sekadar potret keseharian,
Namun refleksi tentang tantangan dalam pendidikan.
Tangis yang terdengar di sudut kelas,
Mewakili keterasingan siswa yang tak terpenuhi kebutuhannya.
Tugas guru melampaui sekadar transfer ilmu,
Ia hadir sebagai fasilitator, penyembuh luka, dan penenang jiwa.
"Muridku, jangan bersedih, aku akan menghapus air matamu,
Hadirmu mengajarkan aku arti sabar dan keikhlasan yang hakiki."
Riuh kelas ini mencerminkan kompleksitas sistem,
Di mana setiap individu adalah variabel yang unik,
Namun pada akhirnya, pendidikan bukan sekadar hasil,
Melainkan proses membangun karakter, harapan, dan masa depan bangsa.
Inilah kado terindah bagi seorang pendidik,
Melihat anak-anak belajar dari kesulitan,
Dan menciptakan generasi yang siap menjemput perubahan,
Dengan ikhlas, sabar, dan cinta sebagai fondasinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H