Hari Guru Nasional (HGN) merupakan momen untuk menghargai peran guru dalam membangun generasi penerus bangsa. Pada peringatan HGN ke-30 yang mengusung tema "Guru Hebat, Indonesia Kuat", banyak sekolah mengadakan upacara bendera sebagai simbol penghormatan kepada para guru. Namun, beberapa sekolah memilih menugaskan guru sebagai pelaksana upacara, menggantikan siswa yang biasa menjalankan tugas tersebut.Â
Tema "Guru Hebat, Indonesia Kuat" menekankan peran guru sebagai pilar utama pembangunan bangsa. Guru yang hebat tidak hanya memiliki kompetensi akademik, tetapi juga menjadi inspirasi dan teladan bagi generasi muda. Dalam konteks upacara HGN, tema ini seharusnya tercermin dalam penghormatan yang diberikan kepada guru. Namun, guru sebagai pelaksana upacara justru memunculkan diskursus tentang relevansi dan dampaknya terhadap tujuan pendidikan.
Dampak positifÂ
1. Menguatkan Simbol Kepemimpinan Guru
Guru sebagai pelaksana upacara dapat menjadi simbol nyata dari kepemimpinan dan dedikasi, yang sejalan dengan prinsip transformational leadership. Hal ini menginspirasi siswa untuk melihat bahwa guru tidak hanya pandai dalam mengajar, tetapi juga dapat memimpin di depan publik.
2. Meningkatkan Solidaritas di Lingkungan Sekolah
Partisipasi guru dalam kegiatan upacara dapat menciptakan rasa kebersamaan dan memperkuat hubungan antara guru dan siswa.
Dampak negatifÂ
1. Mengurangi Kesempatan Siswa untuk Belajar
Menurut experiential learning theory, pengalaman langsung adalah komponen kunci pembelajaran. Dengan menggantikan siswa sebagai petugas, kesempatan mereka untuk belajar tanggung jawab, kepemimpinan, dan disiplin menjadi hilang.
2. Guru Menjadi Objek Hiburan
Situasi saat guru bertugas dapat menjadi bahan tontonan dan tawaan siswa, terutama jika terjadi kesalahan teknis. Hal ini berpotensi menurunkan wibawa guru dan menciptakan kesan yang kurang mendukung tema besar HGN.
3. Mengaburkan Esensi Peringatan HGN
Peringatan HGN bertujuan untuk mengapresiasi guru sebagai pilar pendidikan. Jika guru menjadi petugas teknis seperti upacara, esensi penghormatan tersebut dapat bergeser ke arah formalitas belaka.
4. Tidak Ada Dampak Positif yang Signifikan
Guru menjadi petugas upacara tidak memberikan kontribusi yang jelas terhadap penghormatan atau apresiasi yang lebih besar kepada guru. Sebaliknya, posisi guru sebagai pelaksana teknis justru dapat mereduksi makna HGN.
Refleksi Tema "Guru Hebat, Indonesia Kuat"
Seharusnya, tema "Guru Hebat, Indonesia Kuat" menjadi pedoman dalam pelaksanaan HGN di setiap sekolah. Guru hebat adalah guru yang dihormati atas dedikasinya, bukan karena tugas teknis yang mereka lakukan. Momen HGN harus diisi dengan kegiatan yang mengangkat martabat guru, seperti pemberian penghargaan, refleksi bersama siswa tentang peran guru, atau kegiatan kreatif yang melibatkan siswa untuk mengekspresikan rasa terima kasih mereka.
Sebagai wujud konkret penghormatan, guru sebaiknya ditempatkan sebagai figur kehormatan yang menerima apresiasi, bukan pelaksana kegiatan. Dengan demikian, tema HGN dapat terwujud secara utuh, yaitu memperkuat penghargaan terhadap guru demi menciptakan Indonesia yang kuat melalui pendidikan.
Peringatan HGN ke-30 menjadi pengingat pentingnya peran guru dalam membangun bangsa. Untuk itu, mari bersama-sama menjadikan momen ini sebagai ajang refleksi dan penghargaan kepada para pendidik. Dengan menghormati guru secara layak, kita mendukung mereka untuk terus menjadi inspirasi bagi generasi muda.
Selamat Hari Guru Nasional ke-30!
"Guru Hebat, Indonesia Kuat."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H