Di ruang kecil yang biasanya digunakan untuk rapat, Rina memulai pembicaraan dengan hati-hati. "Nit, aku mau jujur. Beberapa waktu terakhir, aku merasa terganggu dengan beberapa ucapanmu. Mungkin maksudmu bercanda, tapi kadang aku merasa tersindir dan itu membuatku tidak nyaman."
Nita terdiam sejenak, tampak bingung. "Maksudmu aku menyindir? Aku nggak bermaksud begitu, Rin," jawabnya.
Rina tersenyum kecil. "Aku tahu mungkin tidak ada niat buruk, tapi aku hanya ingin kita punya komunikasi yang lebih baik. Kalau ada sesuatu yang ingin disampaikan, aku lebih suka kalau kita bicara langsung, daripada melalui sindiran."
Nita mengangguk pelan. "Aku nggak sadar kalau itu membuatmu merasa seperti itu. Maaf ya, Rin. Aku akan lebih hati-hati mulai sekarang."
Sejak pembicaraan itu, perlahan suasana di kantor berubah. Nita mulai mengurangi kebiasaannya menyindir, dan hubungan antara keduanya menjadi lebih baik. Meskipun tidak mudah, Rina merasa lega karena sudah mengambil langkah untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang dewasa.
Kadang-kadang, Nita masih tergoda untuk menyindir, tetapi Rina segera menangkap maksudnya dan menanggapinya dengan humor. Keduanya bahkan mulai saling mendukung dalam beberapa proyek besar, menciptakan dinamika kerja yang lebih sehat.
Rina belajar satu hal penting: berbicara langsung dengan hati dan kepala dingin jauh lebih efektif daripada memendam rasa sakit sendirian. Dalam setiap hubungan, baik di tempat kerja maupun di luar, keberanian untuk berbicara dengan jujur adalah kunci untuk menciptakan harmoni.
"Di tempat kerja, konflik pasti ada. Tapi bagaimana kita menanganinya adalah yang membuat perbedaan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H