Kau dan aku, duduk di bawah langit terbakar jingga,
senja merangkak perlahan, menyelimuti cakrawala.
Tak perlu banyak bicara, hanya senyap yang bicara,
mengisi hening dengan kehangatan yang terasa.
Waktu berjalan tenang, seperti irama napas kita,
kita mengingat hari-hari, yang tak lekang oleh usia.
Memandang mentari yang tenggelam pelan,
seperti menatap kenangan, yang terus kita simpan.
Aku bersyukur atas setiap detik yang tersisa,
bersama, dalam damai senja yang penuh makna.
Kau adalah senja yang tak pernah usai,
membawa hangat dalam setiap jejak yang kutitipkan pada langit.
Di antara bias merah dan gelap yang mendekat,
kau tetap di sisiku, melawan datangnya malam yang pekat.
Maka biarlah senja ini abadi dalam ingatan,
seperti kisah kita, yang tak lekang oleh waktu dan ingatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H