Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tetesan Hujan

4 Oktober 2024   13:40 Diperbarui: 4 Oktober 2024   13:43 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tetesan Hujan

Dulu kukira hujan datang pagi-pagi,  

Membasahi pipi, merayap pelan di dahi.  

Kuelus tetesnya yang jatuh di wajah,  

Serasa pelangi di balik mendung merekah.  

Namun, rupanya itu bukan hujan,  

Hanya tangan ibu yang lembut menawan.  

Air dari gayung, percikan kasih,  

Membangunkanku dari mimpi manis yang berselisih.  

Kubuka mata, melihat senyumnya,  

Tanpa suara, ia ajak bangun dengan cinta.  

Ternyata bukan langit yang mengirim hujan,  

Tapi ibu yang mengajarkan pagi dalam kehangatan.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun