Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Titik Terendah dan Keadaan Terbaik

25 September 2024   21:28 Diperbarui: 25 September 2024   21:31 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Titik Terendah dan Keadaan Terbaik

Bukan saat segalanya hilang dan tak berdaya,  

Bukan saat terhempas oleh dunia yang fana,  

Titik terendah manusia bukanlah itu nyatanya,  

Namun saat ia tak tahu harus mengadu kepada siapa.  

Kala ujian menghantam tanpa ampun,  

Dan ia tak berpaling kepada Tuhan Yang Maha Agung,  

Saat masalah justru menjauhkan dari Sang Pencipta,  

Dan maksiat seakan menjadi solusi dalam akalnya.  

Tak disadarinya, masalah itu adalah panggilan rindu,  

Undangan dari Allah yang menanti ia kembali bersujud pilu,  

Namun ia berlari, semakin jauh terjerat tipu daya,  

Hingga ia pun tersesat, terpuruk di titik yang paling nestapa.  

Namun ada keadaan yang begitu indah dan mulia,  

Saat hatinya merasa begitu dekat dengan Sang Maha Kuasa,  

Meski badai datang menerpa dan bahaya menyapa,  

Ada ketenangan yang mengisi, dalam bimbingan-Nya ia berserah.  

Hatimu terang dalam keikhlasan yang suci,  

Meski hidup terasa sempit, engkau tetap berdiri,  

Pikiranmu jernih, tak terganggu oleh keresahan,  

Sadar sepenuhnya, ini adalah takdir dari Tuhan.  

Bibir tersenyum meski kantong terasa kosong,  

Lisannya lembut, berkata baik walau hati terasa potong,  

Dunia tak mampu mengekang, kesulitan tak merenggut,  

Keteguhan hati menjadi pelita yang terus menyulut.  

Ibadah terasa manis, khusyuk dalam pelukan doa,  

Sajadah menjadi tempat hati bersandar dan bersua,  

Duduk sejenak, menyerap ketenangan yang tak terhingga,  

Inilah puncak keindahan, keadaan terbaik yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun