Di lembah sunyi, anakku bertanya, Â
Teriakan terdengar, kembali menyapa, Â
"Siapa kamu?" gema berbalas, Â
Menjadi cermin dari suara yang lepas.
Langkah terhenti, hati pun resah, Â
Kata-kata berbalik, menambah gundah, Â
Ejekan terucap, amarah terbang, Â
Namun gema kembali, mengulang bayang.
Aku mendekat, dengan senyum damai, Â
"Nak, perhatikan," ucapku penuh damai, Â
Lantang dia bicara, penuh bangga, Â
Gema lembah menjawab dengan nada sama.
"Aku bangga padamu," suara menggema, Â
Menghantar pesan dalam kata yang sama, Â
"Cintai dirimu," gema pun berkata, Â
Nak kehidupan, tak jauh dari kita.
Gema itu memberi sebuah pelajaran, Â
Apa yang kau beri, itulah yang kau simpan, Â
Cinta yang kau tanam, cinta kau petik, Â
Hidup ini cerminan dari perbuatan.
Lembah yang sunyi, menjadi saksi, Â
Bahwa hidup, sebuah pantulan yang pasti, Â
Apa yang terucap, apa yang dilakukan, Â
Kembali padamu, dalam bayang kehidupan.
Ingatlah nak, hidup tak kebetulan, Â
Semua yang terjadi, cerminan dari jalan, Â
Tanam kebaikan, tuai bahagia, Â
Hidup adalah gema, yang tak pernah sia-sia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H