Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Panggilan Nurani yang Membisu

15 Agustus 2024   06:34 Diperbarui: 15 Agustus 2024   06:40 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tanah subur, di bawah langit biru,

Ada yang merintih, suara tak terdengar.

Perut yang lapar, hati yang pilu,

Menggapai asa, tapi dunia enggan menyambut.

Piring kosong, mimpi yang hancur,

Di balik pintu, harapan yang kabur.

Dalam diam, mereka menangis,

Sedang kita tertawa, berpesta di atas duka.

Mengapa? Oh, mengapa?

Saat remah-remah di meja kita,

Bisa menjadi hidup bagi mereka,

Yang menggigit angin di malam gelap.

Kita sibuk menghitung untung,

Sedang mereka menghitung waktu,

Menunggu kapan nafas terakhir,

Menyudahi lapar yang tak bertepi.

Sebuah kenyataan pahit yang kita tutup mata,

Kehilangan nyawa, bukan karena takdir,

Tapi karena kita abai,

Pada panggilan nurani yang telah lama membisu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun