Senja datang lagi, dengan senyumnya yang muram, Â
Langit memerah, seakan menyambut pesta, Â
Ah, begitu bahagia, burung-burung pun terdiam, Â
Merayakan sepi dalam hiruk pikuk yang fana.
Angin berbisik lembut, menusuk tulang belulang, Â
Sejuknya merayu, membekukan rasa, Â
Daun-daun berguguran, menari dalam tangis riang, Â
Merayakan perpisahan yang tak kunjung reda.
Lihatlah, bintang gemerlap di langit yang kelam, Â
Terang mereka menyelimuti kegelapan hati, Â
Malam ini, purnama tertawa dalam kelam, Â
Menyinari jalan yang berliku tanpa henti.
Bukankah ini indah, malam penuh canda tawa, Â
Di balik setiap senyum, ada luka yang terselubung, Â
Ah, betapa bahagia hidup dalam kebohongan rasa, Â
Ketika duka berselimut tawa yang tak berujung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H