Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senandung Kepergian

3 Agustus 2024   13:00 Diperbarui: 3 Agustus 2024   16:21 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senandung Kepergian

Saat senja menggantung di ufuk barat,

Waktu terasa beku, sunyi merayap.

Wajahmu yang penuh cinta dan cahaya,

Menyiratkan kebahagiaan yang dalam.

Dalam isak tangis yang terhimpit,

Jeritan pilu pecah di dada kami.

Tangisan ibu memulai simfoni duka,

Seperti rintihan hujan di tengah gerimis.

Suara raung merambat di sekeliling,

Mengisi ruang dengan sedu dan air mata.

Setiap tetes adalah nyanyian kesedihan,

Mengiringi kepergianmu yang abadi.

Saudara-saudaramu mencium wajahmu lembut,

Seakan melepas rindu yang tak terhingga.

Bibir mungilmu seolah berbisik,

Kini waktunya tiba untuk berpulang.

Jumat pagi, tangis mengisi hati,

Saat kami mengiringimu ke tempat peristirahatan terakhir.

Dengan doa dan air mata,

Kami lepaskanmu dalam damai abadi,

Selamat jalan, semoga tenang dalam keabadian.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun