Di bawah langit biru yang kau tatap,
Aku pun merindu, menggapai harap.
Dari Sabang hingga Merauke,
Aku menyusuri jejak, mencoba mendekat.
Di desa, kota, hingga sudut terpencil,
Kusentuh jejakmu, walau hanya sedikit.
Di warung kopi, di taman bunga,
Aku mencarimu, meski tak terlihat.
Katanya, kita ada di ujung lidah,
Namun perjalanan cinta tak mudah.
Kubilang, "Hai, aku di sini juga!"
Namun ragu seringkali mengaburkan arah.
Kucoba pula di dunia maya,
Swipe kanan, swipe kiri, harapan terjaga.
Banyak yang datang, namun bukan kau,
Percakapan panjang, berakhir tak terduga.
Jodoh memang seperti puzzle yang hilang,
Potongan yang tepat, membuat kita bimbang.
Namun aku tetap percaya,
Suatu hari kita akan bersua.
Jodoh di tangan Tuhan, kita sama-sama berangan,
Menunggu saat yang tepat, meniti harapan.
Saat itu tiba, hati ini pasti hangat,
Kita bertemu, membawa cerita yang hebat.
Sementara waktu, aku pun menikmati hidup,
Mencari makna, tanpa perlu meratap.
Siapa tahu, di balik tawa dan canda,
Kita bertemu, tanpa pernah diduga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H