Cinta dan Lagu: "Sebuah Janji" dari Evie Tamala dalam Hidupku
"Maafkan aku karena tidak bisa menepati janji yang telah kita buat. Meskipun aku sungguh-sungguh ingin menepatinya, keadaan membuatku tidak mampu melakukannya. Harap kau mengerti bahwa ini bukan karena kurangnya cinta atau usaha dariku."
Terkadang sebuah lagu ada benarnya maksudnya sesuai dengan suasana hatiku, seperti lagu Evie Tamala dengan judul "Sebuah Janji". Lagu ini menggambarkan perasaan mendalam seseorang yang merindukan kekasihnya yang telah pergi, tanpa kabar dan tanpa kepastian kapan akan kembali. Berikut adalah cuplikan lirik dari lagu tersebut:
Harus kemana lagi Â
Kini aku mencari Â
Dirimu yang t'lah pergi Â
Hilang tiada berita sampai kini
Kini tiada lagi Â
Keceriaan hati Â
Sunyi sepi sendiri Â
Tanpa dirimu lagi Â
Oh, kekasih
Tiada kau rasakan semua kerinduan Â
Lama kutenggelam dalam penantian Â
Tidakkah kau tahu derita hatiku Â
Disetiap waktu kusebut namamu
Kutanamkan janji Â
Dalam hati ini Â
Kau tetap kunanti Â
Sampai kau kembali
Lirik ini begitu dalam dan penuh makna, menggambarkan rasa rindu dan penantian yang tak berujung. Ini mengingatkanku pada pengalaman pribadiku saat SMA.
Saat aku masih SMA, aku pernah mengalami cinta monyet, sebagaimana orang sering menyebutnya. Aku jatuh cinta dengan seorang gadis yang aku temui di angkutan umum saat kembali ke kos. Pada waktu itu, aku tinggal di kos karena sekolahku jauh dari rumah. Pertemuan kami sangat singkat di angkutan umum, tetapi cukup untuk memulai sebuah kisah.
Malam Minggu pertama, aku memberanikan diri untuk mengunjungi rumahnya, meskipun saat itu dia tinggal bersama kakaknya karena orang tuanya bekerja di Malaysia. Pada malam Minggu itu juga, kami langsung jadian. Waktu berlalu dengan cepat, dan kami menjalani hubungan selama tiga bulan yang penuh kebahagiaan. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Gadisku harus pergi ke Malaysia untuk bergabung dengan orang tuanya, dan ini terjadi saat aku kelas 3 SMA, tepatnya tahun 2001.Â
Kami membuat janji. Aku akan menunggu sampai dia kembali. Namun kenyataannya tidak seindah lirik lagu "Sebuah Janji". Hingga kini, aku tak pernah lagi mendapatkan kabar darinya.
Lagu ini memang menggambarkan perasaan yang pernah aku alami, tetapi aku harus realistis. Seiring berjalannya waktu, umurku semakin bertambah dan tidak mungkin aku akan terus melajang. Sekarang, umurku sudah berkepala empat. Bayangkan saja jika aku tetap setia menantinya hingga sekarang, tahun 2024. Kami tak pernah bertemu lagi dan hidup harus terus berjalan.
Lagu "Sebuah Janji" mungkin membawa kenangan dan perasaan lama, tetapi hidup mengajarkan kita untuk melanjutkan perjalanan, menemukan kebahagiaan baru, dan menerima kenyataan. Kadang-kadang, meskipun sebuah lagu bisa begitu mencerminkan perasaan kita, kenyataan hidup memerlukan kita untuk mengambil langkah maju dan tidak terpaku pada masa lalu.
Perjalanan hidupku mungkin berbeda dari lirik lagu ini, namun lagu tersebut selalu menjadi pengingat manis akan masa-masa yang pernah ada dan pelajaran berharga yang aku dapatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H