Oleh: Abi WihanÂ
Dalam lembaran kertas, ku mulai bercerita,
Menganyam kata-kata, menjadi sajak bermakna,
Merenda diksi, indah dan penuh rasa,
Menghidupkan dunia, dalam bait-bait puisi yang berjiwa.
Setiap kata dipilih, dengan hati-hati dan penuh cinta,
Mencari harmoni, dalam rima dan irama,
Seperti seniman dengan kanvasnya,
Aku merangkai kata, menari di atas tinta.
Metafora dan personifikasi, menjadi hiasan,
Menggambarkan alam, cinta, dan kehidupan,
Mengubah yang biasa, menjadi luar biasa,
Dalam tiap baris, ada pesan yang tersirat, terucap dengan lembutnya.
Simile dan aliterasi, menambah keindahan,
Mengalirkan emosi, menembus dinding perasaan,
Setiap bait, setiap baris, memiliki nyawanya,
Menyampaikan cerita, yang tak lekang oleh waktu.
Puisi ini adalah cermin jiwaku,
Setiap diksi, adalah jejak langkah yang kutempuh,
Dalam keheningan malam, atau terik siang,
Aku terus merenda, kata demi kata, tanpa lelah, tanpa ragu.
Merenda diksi dalam puisi
Mengabadikan momen menjadi memori,
Dengan harapan, tiap kata dapat menyentuh hati,
Membawa pembaca ke dalam dunia yang penuh arti.
Aceh Tamiang, 10 Juni 2024Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H