Oleh: Abi Wihan
Pagi ini, ketika mentari bersinar gagah,
Kucipta puisi dari hati yang penuh rindu.
Dalam heningnya fajar yang menyapa,
Kata-kata mengalir bagai aliran sungai yang tenang.
Di balik jendela, kulihat dunia terbangun,
Menggapai mimpi yang semalam tertidur.
Burung-burung kecil bernyanyi di pepohonan,
Menyambut hari dengan irama yang damai.
Puisiku pagi ini, adalah tentang harapan,
Yang terbit bersama mentari keemasan.
Tentang mimpi yang tak pernah pudar,
Meski malam kadang begitu panjang dan dingin.
Kuserap aroma kopi yang menguar,
Hangatnya menyentuh hingga ke relung jiwa.
Setiap teguk adalah janji pagi,
Untuk menghadapi dunia dengan senyum yang tulus.
Angin pagi berbisik lembut,
Mengantar kabar dari tempat jauh.
Puisiku pagi ini, adalah tentang cinta,
Yang merangkul hangat dalam dinginnya embun.
Kusapa hari dengan hati terbuka,
Menerima segala yang akan datang.
Puisiku pagi ini, adalah doa yang lirih,
Untuk hidup yang penuh makna dan cerita indah.
Di layar kompasiana ini, kutulis syukur,
Untuk setiap anugerah yang kurasakan.
Pagi ini, puisiku adalah cermin jiwa,
Menggambarkan indahnya hidup dalam setiap aksara.
Aceh Tamiang, 04 Juni 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H