Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menyikapi Rekan Kerja yang Berperilaku Self-Victimization

28 Mei 2024   22:18 Diperbarui: 28 Mei 2024   23:00 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyikapi Rekan Kerja yang Berperilaku Self-Victimization

Oleh: Abi Wihan

Saya adalah guru yang mengajar di satuan pendidikan jenjang Sekolah Dasar (SD). Sebagai tenaga pendidik atau guru di Sekolah Dasar (SD), saya telah menekuni profesi ini selama 18 tahun. 

Selama periode tersebut, saya telah menjalankan peran sebagai guru di tiga sekolah yang berbeda, berawal dari status sebagai guru bakti/honorer dalam kurun waktu yang tidak sebentar. Namun, untuk membangun hubungan yang harmonis dan produktif dengan rekan kerja untuk menciptakan lingkungan yang positif tidaklah mudah, karena setiap guru memiliki karakter yang tidak sama.. 

Selama 18 tahun saya mengajar, sering saya temui adanya perselisihan atau kesalahpahaman di antara rekan kerja yang disebabkan dengan berbagai macam faktor yang menjadi sumber masalah,  yang akhirnya mengarah pada konflik yang berkepanjangan dan menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman. 

Dalam beberapa kasus atau situasi perselisihan yang saya temui di sekolah terlihat adanya rekan kerja yang bersalah namun merasa tidak bersalah bahkan malah merasa tersakiti, sungguh sangat ironi, menghadapi rekan kerja semacam ini, yang tentunya tidak menyadari kesalahan, jika tidak menyadari kesalahan tentunya tidak ada upaya memeperbaiki, karena merasa tidak bersalah dan merasa paling benar. Rekan kerja semacam ini menunjukkan bahwa ia memiliki karakter karakteristik self-victimization.

Apa itu karakteristik self-victimization?

Dalam lingkungan tempat kita kerja, perilaku self-victimization ini dapat menyebabkan suasana menjadi tidak harmonis dan mengganggu kerjasama tim, lantas Apa sebenarnya itu karakteristik self-victimization?.

Self-victimization atau "playing the victim" adalah perilaku di mana seseorang memposisikan dirinya sebagai korban dalam berbagai situasi, seringkali untuk menghindari tanggung jawab atau mendapatkan simpati dari orang lain. 

Di lingkungan kerja, termasuk sekolah, perilaku ini dapat menciptakan dinamika negatif, dan merusak hubungan antar rekan kerja. kehadiran rekan kerja yang sering memainkan peran sebagai korban sangat mengganggu. Perilaku ini tidak hanya berdampak pada yang bersangkutan, tetapi juga dapat mempengaruhi semangat dan suasana kerja yang tidak nyaman pastinya.

Dari beberapa situasi ketika saya dihadapkan pada rekan kerja yang memiliki karakteristik self-victimization tergambar ciri-cirinya  yang memilki karakter tersebut diantaranya adalah:

Sering Mengeluh: Mereka sering mengeluh tentang tugas, atasan, rekan kerja, atau situasi di tempat kerja. yaitu Mencari-cari kesalahan dari faktor eksternal terhadap suatu kondisi/situasi tanpa menyadari kesalahan atau kekurangan dirinya (selalu mengeluh tanpa memikirkan solusinya) contoh: seorang guru dengan kesal mengatakan saya tidak mau buat perangkat ajar dengan alasan pihak sekolah belum menyediakan buku terbaru, padahal atasan sudah menyampaikan bahwa buku dalam proses pemesanan untuk sementara buka bisa mengakses secara online. kwakwakwak! emang ya... ada saja alasan untuk menyalahkan keadaan seperti baru dua hari jadi guru padahal uda puluhan tahun.

Tidak Mau Bertanggung Jawab: Mereka cenderung menyalahkan orang lain atau keadaan untuk kesalahan atau kegagalan mereka sendiri.  contoh: Pada saat ujian semester, seorang guru yang mengatakan kepada atasan dengan nada marah dan tak beretika bahwa ia tidak mau buat soal untuk penilaian akhir semester dengan alasan kurangnya fasilitas sekolah, padahal bukan tidak mau buat soal tapi memang belum buat . kwkakwkak artinya marah-marahnya itu sebenarnya untuk menutupi kesalahanya. karena belum buat soal. kwakwkak! betol?

Contoh lain: saat ditemui adanya kesalahan dari sebuah tugas yang telah diselesaikannya dengan mudahnya mengatakan bahwa rekannya tidak mau mengajari, padahal rekannya yang dimaksud belum selesai mengerjakan tugas. dia yang sudah selesai kenapa menyalahkan rekannya yang belum selsesai. kwawkakwa. ni orang gak juga sadar dengan kesalahan dirinya sendiri. bukannya mencari solusi untuk memperbaiki kok malah nyalahin orang lain. Malu gk tu ketawa lagi ach. kwakwkak. kalau dia duluan menyelesaikan tugas kegirangan luar biasa tapi law liat orang lain yang duluan selesai mulai tu, gelisah dan mencari-cari kesalahan atau melimpahkan kesalahan ke orang lain.

Merasa Tidak Dihargai: Mereka sering merasa tidak dihargai atau diabaikan meskipun mungkin tidak demikian adanya. yaitu ketika ia melakukan sesuatu hal kecil ingin sekali dihargai dan diapresiasi seolah sudah melakukan hal yang besar namun ketika orang lain melakukan hal yang besar ia pandang sebelah mata

Mencari Simpati: Mereka cenderung mencari simpati dari orang lain dengan menceritakan bagaimana mereka diperlakukan dengan tidak adil. ini orang pandai cari muka dengan atasan dan orang lain hanya saja ketika ia mencari muka ke atasan tidak mendapat respon, kwakwkak eh.... malah menuduh bahwa orang lainlah yang pandai mencari muka. malu gk tu

Pasif-agresif: Mereka bisa menunjukkan perilaku pasif-agresif, seperti menunda-nunda pekerjaan atau bekerja dengan enggan. yupsss... ni orang paling suka menunda pekerjaan namun begitu melihat orang sudah selesai baru galau tingkat dewa bistu nyalahin keadaan dan orang lain. kwakwakwak

Menghadapi rekan kerja dengan karakteristik self-victimization memang bisa menantang, tetapi dengan pendekatan yang tepat, kita bisa membantu mereka keluar dari pola pikir tersebut dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan produktif. 

Berikut beberapa hal yang mungkin bisa kita coba lakukan ketika dihadapakan pada rekan kerja yang berperilaku self-victimization

  • Menjaga sikap profesional dan hindari terlibat terlalu dalam dengan keluhan atau drama mereka.
  • Mencoba untuk memberikan respon positif dan konstruktif ketika mereka mengeluh. Arahkan percakapan ke solusi daripada masalah.
  • Menjaga batasan yang sehat agar tidak terjebak dalam sikap negatif mereka. Ini bisa termasuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk mendengarkan keluhan mereka.
  • Saat mereka mencoba menyalahkan orang lain, fokuslah pada fakta dan data. Tanyakan tentang solusi yang dapat dilakukan daripada membahas siapa yang salah.
  • Mendorong mereka untuk merenungkan situasi dari sudut pandang yang berbeda. Tanyakan apa yang bisa mereka lakukan untuk memperbaiki situasi.
  • Membantu mereka melihat potensi perubahan positif dan dukung mereka dalam mengambil langkah-langkah kecil menuju perbaikan diri.

Kesimpulan 

Karakteristik self-victimization, seperti sering mengeluh dan tidak mau bertanggung jawab, dapat memperburuk situasi konflik dan menghambat penyelesaian masalah yang konstruktif. Mereka sering menyalahkan orang lain atau keadaan untuk kesalahan atau kegagalan mereka sendiri, serta mencari simpati tanpa berupaya mencari solusi. 

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif, penting untuk menghadapinya dengan pendekatan yang bijaksana, fokus pada fakta, serta mendorong tanggung jawab dan refleksi diri. Dengan demikian, kita dapat membantu rekan kerja tersebut mengembangkan perspektif yang lebih positif dan konstruktif, yang pada akhirnya bermanfaat bagi seluruh tim dan menciptakan suasana kerja yang lebih nyaman dan produktif.

Semoga Bermanfaat

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun