Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Ketika Berbisnis dengan Uang Riba

17 April 2024   17:55 Diperbarui: 17 April 2024   18:25 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Design Image by: www.bing.com

Ketika Berbisnis dengan Uang Hutang Riba

Oleh: Abi Wihan 

Berhutang merupakan praktik yang umum dalam kehidupan manusia. Kebanyakan dari kita seringkali meminjam uang atau barang dari pihak lain untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan tertentu. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan oleh pinjaman, terdapat implikasi yang mendalam dan menjerat dalam kehidupan terkait dengan kepastian hutang yang harus dibayar dan ketidakpastian uang yang akan digunakan untuk membayar hutang.

Berhutang menggambarkan perjanjian di mana seseorang bersedia membayar kembali jumlah tertentu, bersama dengan bunga atau imbalan lainnya, pada waktu yang ditentuka. Namun, pada saat melakukan pinjaman, tidak ada jaminan bahwa peminjam akan mampu memenuhi kewajibannya pada waktu yang telah ditentukan. Ketidakpastian ekonomi, perubahan situasi pribadi, atau bahkan kegagalan bisnis dapat mengubah kemampuan peminjam untuk membayar kembali pinjaman tersebut.

Dengan kata lain, saat seseorang berhutang, mereka membayar sesuatu yang pasti (pinjaman yang diterima), dengan ketidakpastian bahwa mereka akan mampu membayar kembali pada waktu yang telah ditentukan. Hal ini menciptakan dinamika kompleks antara kebutuhan saat ini dan tanggung jawab di masa depan.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2):275:

"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."

Rasulullah SAW melaknat pemakan riba, pemberinya, penulisnya, dan kedua saksinya. Beliau bersabda, "Mereka semua sama". Dalam hadits lain, Nabi SAW menyebut riba sebagai dosa yang setara dengan menikahi ibu sendiri.

Sumber: https://dailymuslim.id/insight/dalil-al-quran-dan-hadits-yang-berkaitan-dengan-riba/ 

Berdasarkan ayat dan hadits tersebut diatas maka hutang riba merupakan perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam. 

Kenyataan yang tidak menyenangkan, tidak hanya dirasakan secara finansial, tetapi juga secara emosional dan sosial yang akan mempengaruhi kesejahteraan dan stabilitas keluarga secara keseluruhan ketika kita berbisnis dengan uang hutang riba.

  • Bisnis emang berkembang namun hutang juga makin berkembang, pertumbuhan utang jauh lebih cepat dan lebih besar melampaui perkembangan bisnis
  • Bisnis emang maju namun, persoalan bisnis pun melaju dengan pesat dan tiada habisbya, masalah datang silih berganti tanpa henti.
  • Bisnis emang melaju dengan cepat, namun rumah tangga semakin gawat darurat, banyak permasalahan yang berawal dari hal kecil namun menjadi sumber masalah yang besar dan emosi sulit terkendali, terasa jauh dari keluarga apalagi tetangga.
  • Bisnis emang bagus namun diri mengalami perubahan yang tidak bagus, shalat sering tinggal, kalaupun shalat selalu diakhir waktu, semakin jauh dari agama dan lupa akhirat.
  • Bisnis emang sepertinya membuat kita senang, namun hidup teras tidak tenang, malam hari hati merasa gelisah apalgi mendekati jatuh tempo pembayaran dan uang buat bayar hutang belum ada di tangan.
  • Bisnis emang membuat kita seolah tersohor, namun waktu habis dipakai kerja untuk kejar setoran. Waktu sekolah berlalu dengan cepat, tiada ketenangan dalam hidup.

Praktik berhutang mengilustrasikan hubungan yang rumit antara kepastian dan ketidakpastian dalam kehidupan kita. Meskipun pinjaman dapat memberikan akses ke sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan, mereka juga membawa risiko bahwa peminjam mungkin tidak dapat memenuhi kewajiban mereka di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk mempertimbangkan dengan cermat implikasi dari berhutang dan mengelola risiko dengan bijaksana.

Berhutang riba sesungguhnya bukan membantu kita tapi justru sebaliknya menjerumuskan kita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun