Ramadhan, engkau adalah tamu mulia,
Datang dengan berkah, membawa cahaya.
Namun, engkau menyadari, waktumu terbatas,
Sebentar lagi, engkau akan berlalu.
Ramadhan pun mulai bersedih,
Berkabung saat waktu berlalu perlahan,
Lailatul Qadar menjelang perpisahan,
Cemas terselip dalam hati Ramadhan,
Taqwa yang dicari, di sisi Allah tiada jaminan.
Ramadhan meratap, air mata mengalir,
Puasa dan ibadah, harap tak sia-sia,
Namun, manusia, adakah kian mampu meraih,
Kasih dan ridha-Nya, sebelum Ramadhan berlalu pergi?
Lailatul Qadar, malam yang penuh misteri,
Ramadhan cemas, apakah manusia menyadarinya?
Di sisi Allah, derajat taqwa menjadi ukuran,
Bukan hanya puasa, tapi juga hati yang suci.
Namun, Ramadhan semakin bersedih,
Jika puasa manusia tak diterima, tak bernilai ibadah,
Sia-sia, jika hanya lapar dan haus yang dirasakan,
Tapi hati tetap gelap, tak berubah.
Ramadhan yang kini bersedih,Â
Dengarkanlah rintihan hati kami,Â
Saat kau beranjak nanti, Jangan tinggalkan lara,
Sinar taqwa dan cinta, tetaplah bersama,Â
Di hati para insan yang merindu, hingga kau kembali.
Aceh Tamiang, 02 April 2024
Abi WihanÂ