Ibu segera mengayuh sepeda menemui anaknya di rumah sakit. Hati berdebar, air mata bercucuran, pikiran kacau. Terluka hatinya mendengar anaknya kecelakaan. Dengan hati yang tak karuan, si ibu mengayuh sepeda dengan sangat kencang. tiba-tiba sepeda Ibu terjatuh di jurang. Kepalanya berlumuran darah yang sangat banyak.
Orang yang melihat kejadian tersebut membawa ibu ke rumah sakit. Zaid yang sedang ditangani dokter tiba-tiba melihat keramaian orang masuk ke ruang IGD. Ternyata itu ibunya, bersimbah darah. Ia menjerit, langsung memeluk ibunya dan berbisik, "Ibu, aku rindu."
Kepiluan tergambar jelas di mata si Zaid saat ia melihat ibunya yang lemah tak berdaya dan bersimbah darah. Ia merasa tak berdaya, ingin menghapus semua luka dan darah yang mengotori wajah ibunya. "Ibu," bisiknya, "aku tak ingin kehilanganmu."
Ibu tersenyum, meski bibirnya pucat. Ibu menggenggam tangan Zaid dengan erat, "Anakku," katanya dengan suara lirih, "rasa sakit ini tak seberapa dibandingkan dengan rindu ibu selama ini." Matanya memandang wajah anaknya, mencoba menyimpan setiap detik dalam ingatannya.
Zaid menangis. Ia merasa bersalah karena telah membuat ibunya menderita. "Maafkan aku, ibu," ucapnya. "Aku tak pernah bisa menggantikan semua pengorbananmu."
Dan ibu menghembuskan nafas terakhirnya. Zaid dengan gemetar memakaikan ibunya mukena baru yang sengaja ia beli untuk ibunya, sembari memeluk ibunya dengan penuh sayang dan rindu yang begitu dalam. Wajah Zaid dan mukena bersimbah darah suci ibu ibunya. Lebaran Zaid tahun ini bersama darah suci ibu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI