Dalam bayangan gelap,
Di antara hela napas terakhir,
Calon Mayit menanti,
Dalam sunyi yang menggema.
Dia bukanlah jasad yang tak bernyawa,
Namun, dia adalah kita semua.
Calon Mayit mengajarkan tentang kesejatian,
Bahwa hidup adalah perjalanan menuju akhir.
Dari mata yang masih melihat,
Kita belajar tentang ketidakkekalan.
Takkan menemani kita selamanya.
Calon Mayit berkata, "Lihatlah aku,
Sebelum aku menjadi jasad yang tak bernyawa.
Belajarlah dari setiap detik hidup,
Sebelum kita berpulang ke alam abadi."
Jangan biarkan diri kita terlena,
Oleh hiruk-pikuk dunia yang sementara.
Mari kita belajar, saudara,
Dari calon Mayit yang mengingatkan kita akan hakikat.
Kita semua akan menjadi mayit,
Tak terkecuali, tak terhindarkan.
Saat jasad yang terbaring sunyi,
Tak bernyawa, tak berarti.
Namun, dalam heningnya kematian,
Ada pelajaran yang menggema.
Dari mayit yang kini terpisah,
Kita belajar tentang ketidakkekalan.
Harta dan dunia fana,
Takkan menemani kita selamanya.
Jangan biarkan diri kita terlena,
Oleh hiruk-pikuk dunia yang sementara.
Belajarlah dari Si Mayit,
Agar kita tak lupa akan hakikat.
Dari mayit yang kini hanya jasad yang tak bernyawa.
Di bawah tanah dalam kesunyianÂ
Di dalam kubur kegelapan yang mendera
Si Mayit berbicara, dengan bisikan angin malamÂ
Hidup adalah perjalanan dan pelajaran berhargaÂ
Sebuah pelajaran yang tak terhingga.
Aku belajar tentang kesederhanaan.
Tak ada harta yang bisa dibawa,
Hanya amal baik yang mengiringi perjalanan.
Dunia fana, seperti debu di angkasa rayaÂ
Mari kita belajar dari Si Mayit,
Agar kita tak lupa akan hakikat.
Hidup adalah pelajaran yang berharga,
Dan kematian adalah pintu menuju abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H