Mbah.......
Fayyadh sayang Mbah!"Mbah Nafsiah akan selalu hidup dalam kenangan sebagai sosok yang penuh kasih sayang dan kebaikan"
Di sebuah desa kecil yang terhampar indah di antara perbukitan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Fayyadh bersama neneknya yang penyayang, Mbah Nafsiah. Mereka tinggal dalam keadaan sederhana, tetapi penuh kebahagiaan. Fayyadh telah kehilangan kedua orang tuanya sejak kecil, namun Mbah Nafsiah selalu ada untuknya, memberikan kasih sayang dan dukungan penuh.
Pagi itu, setelah Fayyadh sarapan dan bersiap-siap untuk pergi ke kebun, Mbah Nafsiah memanggilnya dengan penuh kekhawatiran di wajahnya. Dia memberikan sebuah cincin emas kepadanya dengan nada serius. Fayyadh heran dan penasaran dengan pemberian itu, karena mereka tidak pernah memiliki barang berharga seperti itu sebelumnya.
"Mbah, apa ini?" tanya Fayyadh sambil memegang cincin tersebut.
Mbah Nafsiah menatapnya dengan penuh kepedulian, "Fayyadh, ini cincin emas dari Mbah, sudah bertahun-tahun Mbah simpan. Mbah ingin kamu menjualnya dan pergi ke kota untuk menemui ayahmu yang sebenarnya. Dia masih hidup, Ayahmu meninggalkanmu sebulan setelah Ibu melahirkamu dan Mbah ingin kamu bertemu dengan Ayahmu."
Kata-kata Mbah Nafsiah membuat Fayyadh terdiam. Selama ini, dia mengira neneknya adalah satu-satunya keluarganya. Tapi sekarang, ada sebuah rahasia besar yang terungkap. Air mata pun tak bisa lagi ditahan Fayyadh.
"Sudahlah, Mbah. Aku tidak butuh ayah. Aku sudah bahagia bersamamu," ucap Fayyadh dengan suara serak.
Mbah Nafsiah mencoba meyakinkannya, "Tapi, Fayyadh, kamu harus tahu. Kamu berhak tahu tentang asal usulmu. Mbah tidak akan tenang jika kau tidak menemui ayah.". Jika Fayyadh sayang Mbah, Mbah harap Fayyadh pergi menemui Ayah.
Meskipun terasa berat, Fayyadh mengikuti keinginan Mbah Nafsiah. Namun, sebelum berangkat, dia meminta izin untuk pergi ke ladang terlebih dahulu. Hatinya dipenuhi dengan kebimbangan dan rasa takut akan apa yang akan dia temui di kota nanti.
Keesokan harinya, Fayyadh berangkat ke kota dengan hati yang berat. Dia merayu Mbah Nafsiah untuk ikut, tetapi Mbah menolak dengan alasan uang yang tidak cukup. Dengan berat hati, Fayyadh meninggalkan Mbah Nafsiah sendirian di rumah, dan berjanji akan kembali dengan selamat.
Sampai di kota, Fayyadh segera menuju rumah ayahnya, rasa tak sabar ingin segera melihat wajah ayah dan memeluknya. Namun, dia terkejut mendapati bahwa ayahnya baru saja dikebumikan karena kecelakaan. Kesedihan mendalam menyelimuti hati Fayyadh. Ia pulang dengan hati hancur dan luka mendalam, dari kecil tidak pernah melihat sosok ayahnya dan kehadiran sosok ayah dalam hidupnya.tiada lagi harapan untuk bertemu ayahnya
Dengan hati yang penuh penyesalan dan air mata kesedihan, Fayyadh pulang ke desa dengan langkah yang berat. Namun, ketika dia tiba di halaman rumah, tetangga Fayyadh dengan kepala tertunduk dan sedih serta suara yang parau, Ia mengyampaikan bahwa Mbah Nafsiah sudah dikbumikan sehari setalah kepergian nak Fayyadh ke kota. Fayyadh terdiam tanpa kata, air mata pun mengalir tak terasa, seketika itu Fayyadh menjerit histeris memanggil Mbah Nafsiah dan berlari sekuat tenaga menuju makam. Fayyadh memeluk makam Mbah Nafsiah dengan isak tangis yang dalam
Setelah pulang dari makam, Fayyadh dengan tubuh yang lemah, perlahan menuju kamar Mabah Nafsiah yang penuh dengan berjuta kenangan, menatap kamar dengan wajah kosong dan lagi-lagi air mata Fayyadh menetes. Fayyadh menemukan surat dari Mbahnya diatas tempat tidur. "Fayyadh, aku tahu kamu sudah bertemu ayahmu. Aku pergi dengan tenang. Ingatlah, cincin ini adalah simbol cinta dan pengorbanan Mbah untukmu yang selalu Mbah sayang. Fayyadh adalah anak yang baik, dan jangan pernah lupa doakan nenekmu."
Disudut kamar Mbah Nafsiah, Fayyadh termenung dan bergumam
Mbah....... Fayyadh sayang Mbah.
Mbah Nafsiah akan selalu hidup dalam kenangannya sebagai sosok yang penuh kasih sayang dan kebaikan.
Fayyadh menangis. Ia merasa bersyukur telah memiliki Mbah Nafsiah sebagai keluarga. Meskipun ayahnya telah pergi, cinta dan kebahagiaan yang diberikan oleh neneknya akan selalu mengiringi langkahnya
Dari situlah, Fayyadh belajar bahwa terkadang kita harus mengikuti keinginan orang yang kita cintai, meskipun terasa berat. Dan bahwa keluarga tidak hanya tentang darah, tetapi juga tentang kasih sayang dan pengorbanan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H