Sebagai orang Indonesia, kondisi lalu lintas Jakarta bukan menjadi hal yang asing.
Selama bertahun-tahun, Jakarta dikenal dengan kota yang penuh kemacetan. Bagaimana tidak? Jakarta adalah ibukota Indonesia yang terletak di pulau yang jumlah penduduknya berkali-kali lipat dari jumlah penduduk keseluruhan Singapura.Â
Meningkatnya pengguna jumlah kendaraan bermotor menjadi faktor yang sangat memengaruhi timbulnya kemacetan. Setiap tahunnya, kemacetan Jakarta selalu meningkat intensitasnya. Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa Jakarta akan penuh dengan kendaraan di banyak jalan di tahun-tahun mendatang.
Kemacetan di Jakarta juga dipengaruhi dengan waktu dan tempatnya. Waktu pagi atau sore menjadi waktu yang sangat dihindari orang saat berpergian. Waktu-waktu sore yang menjadi waktunya kemacetan sering disebut "jam pulang kantor". Tampaknya, hampir semua orang tahu rasanya bagaimana terjebak macet di waktu itu.Â
Tidak hanya di jalan, tetapi orang yang menggunakan kendaraan umum juga tahu rasanya bersempit-sempitan di dalam bus, kereta, dan berbagai kendaraan umum lainnya. Istilah "jam pulang kantor" hanya digunakan dalam hari-h ari biasa, di luar hari Sabtu dan Minggu. Hal itu tentu saja karena orang banyak bekerja di lima hari tersebut.Â
Selain waktu, hal tempat juga tidak dipisahkan dari penyebab macet. Biasanya, jalan-jalan yang sering dilalui banyak orang adalah area perkantoran, seperti Sudirman, Kuningan, dan sebagainya.Â
Jika dikaitkan dengan "jam pulang kantor", tempat-tempat tersebut menjadi area yang pertama dilalui para pengguna kendaraan bermotor. Namun, area kompleks perumahan dan area di luar jalan raya menjadi area yang sepi.
Kemacetan di jalan membuat beberapa pengguna motor sering naik ke trotoar untuk perjalanan yang lebih cepat. Hal itu hanya terjadi di beberapa wilayah yang keamanannya tidak terlalu ketat, seperti tidak banyak polisi dan tidak ada CCTV. Padahal, media keamanan tersebut menjadi hal yang ditakuti oleh pengguna kendaraan bermotor.Â
Berkendara di trotoar tidak bisa tidak meninggalkan dampak. Trotoar-trotoar yang baru dibangun akan langsung rusak beberapa bulan kemudian karena ulah mereka. Orang-orang yang melanggar lalu lintas juga tidak jarang dilihat. Peristiwa ini biasa terjadi di pagi hari pada saat berangkat kerja. Karena terburu-terburu ingin cepat sampai, pengguna kendaraan bermotor sering terus berjalan walaupun lampu telah menunjukkan warna merah. Ada banyak pengguna motor yang tidak sabar sehingga mereka rela untuk melanggar aturan lalu-lintar demi perjalanan yang cepat. Padahal, peraturan lalu lintas dibuat untuk menjaga keselamatan pengendara.
Prihatin rasanya melihat kondisi ibu kota Indonesia yang tidak baik-baik saja. Polusi pun tersebar dimana-mana. Daerah yang sejuk dan strategis menjadi daerah incaran pemerintah untuk lokasi ibu kota. Bayangkan, pusat pemerintahan dan perekonomian ada di Jakarta.Â
Pembangunan infrastruktur yang masif juga mengurangi lahan jalan di Jakarta. Padahal, sebagai ibu kota negeri, Jakarta menjadi tujuan wisata para turis. Oleh karenanya, kita tidak bisa menampilkan figur ibu kota yang padat dan penuh debu. Padatnya Kota Jakarta membuat pemerintah mempertimbangkan untuk memindahkan ibu kota Indonesia di daerah lain.Â
Padatnya Kota Jakarta membuat pemerintah mempertimbangkan untuk memindahkan ibu kota Indonesia di daerah lain. Hal ini menjadi berita baik dilihat dari jumlah penduduk dan kendaraan yang terus meningkat di Kota Jakarta. Harapannya, dengan memindahkan ibu kota Jakarta, intensitas kemacetan di Jakarta dapat diminimalkan sebaik-baiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H