Lalu ada juga gado-gado yang berasal dari Jawa Barat, namun memiliki pengaruh Tiongkok dan Belanda. Gado-gado adalah salad sayuran yang disajikan dengan bumbu kacang yang lezat.Â
Sementara itu, pempek yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan adalah makanan yang diadopsi dari pengaruh Tiongkok dan Portugis.
Pempek terbuat dari ikan yang dicampur dengan tepung sagu, kemudian dibentuk menjadi bola dan dimasak dalam air mendidih. Pempek biasanya disajikan dengan cuka yang dicampur dengan bawang putih, cabai, dan gula merah.
Dari contoh-contoh di atas, kita dapat melihat bahwa akulturasi makanan telah membentuk identitas makanan Indonesia yang kaya dan beragam.
Proses akulturasi makanan terus berlangsung hingga saat ini dan dapat dilihat dalam makanan-makanan baru yang bermunculan. Akulturasi makanan di Indonesia juga dapat menghasilkan makanan yang unik dan lezat karena perpaduan antara bahan-bahan dan bumbu dari budaya yang berbeda.
Namun, meskipun akulturasi makanan memberikan dampak positif pada kekayaan kuliner Indonesia, kita juga harus ingat untuk tetap menjaga keaslian dan identitas makanan Indonesia yang sebenarnya.
Kita harus mempertahankan dan melestarikan makanan-makanan khas Indonesia yang merupakan warisan budaya kita agar tetap dikenal dan dihargai oleh generasi mendatang.
Dalam kesimpulannya, akulturasi makanan adalah hal yang penting dalam membentuk identitas makanan Indonesia.
Keanekaragaman budaya di Indonesia telah mempengaruhi makanan yang ada di Indonesia, dan hasilnya adalah makanan-makanan yang unik dan lezat.
Namun, kita juga harus ingat untuk tetap mempertahankan dan melestarikan makanan-makanan khas Indonesia sebagai bagian dari warisan budaya kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H