Jangan Langsung Menyimpulkan Bahwa Gen Z Adalah Generasi Pemalas! Faktor yang Memengaruhi Mentalitas Penduduk Generasi Z di Indonesia.
Menurut survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik pada periode 2021-2022, tercatat ada 9,9 juta penduduk Indonesia yang menganggur. Data dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menunjukkan bahwa angka pengangguran tersebut sebagian besar berasal dari Generasi Z (Penduduk yang berusia 15-24 tahun).
Tentu angka ini miris karena generasi z di Indonesia yang diharapkan memiliki kreativitas yang tinggi dan berpotensi produktif, tetapi malah sebaliknya. Banyak yang berpendapat masalah ini diakibatkan karena kemalasan Generasi Z tersebut, tetapi kalau benar hanya masalah kemalasan mereka masih bisa diberikan motivasi.
Masalah kemalasan terdengar simpel di telinga kita, hal tersebut dikarenakan kita biasa membuat asumsi tanpa mempelajarinya lebih dalam. Bila kebiasaan ini terus menerus dibiarkan maka akan memperburuk generasi setelah Generasi Z.Bila setelah Generasi Z masih buruk hal tersebut akan mempersulit Indonesia dalam menuju Indonesia Emas 2025. Oleh karena itu mari kita selidiki dimana letak akar masalahnya.
Lingkup Individu dengan dirinya
- Masalah spiritual dalam diri sendiri, misal merasa tidak percaya bahwa Tuhan akan membalas usahanya dikarenakan beberapa hal.
- Masalah tidak percaya diri dan takut mengambil risiko.
- Gengsi terhadap teman yang dipandang sudah memiliki kesuksesan.
- Merasa hal yang akan dilakukannya sia-sia karena sudah merasa terlambat.
Lingkup Individu dengan lingkungan keluarga
- Keluarga membiarkan penganggur tersebut untuk tidak bekerja.
- Ekspektasi orang tua yang terlalu tinggi, anak menjadi terbebani.
- Ketakutan orang tua tentang minat dan bakat anak misal kamu jangan jadi diploma karena gaji kamu akan kecil.
Lingkup Individu dengan lingkungan sekolah/pendidikan.
- Kesulitan guru dalam menganalisis kemampuan siswanya karena dalam satu kelas siswanya banyak.
- Minat menjadi guru yang rendah membuat siswa di kelas hanya bergantung dengan satu guru mata pelajaran.
- Seorang guru tidak sempat membantu murid yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata karena beberapa faktor seperti waktu. Hal ini memunculkan istilah “Yang cerdas tambah cerdas, yang di bawah rata-rata akan memperburuk kecerdasan mereka.”
Lalu bagaimana langkah-langkah perbaikan yang bisa dilakukan? Perlu diingat langkah perbaikan yang dilakukan tentu tidak mudah dan tidak bisa dalam waktu yang singkat.
Langkah pertama yang dilakukan adalah dari diri sendiri terlebih dahulu. Dalam langkah pertama ini diri sendiri dapat belajar untuk meningkatkan keikhlasan, kesabaran, dan berserah diri kepada Tuhan. Setelah spiritual sudah dirasa cukup, latih mental untuk membangun kepercayaan diri dan hilangkan rasa rendah diri.
Langkah kedua adalah perbaiki hubungan dengan keluarga. Terus terang ke keluarga apa yang bisa kita lakukan dan apa yang tidak bisa dilakukan. Peran orang tua sangat krusial disini karena orang tua wajib meningkatkan kepercayaan diri anak.
Langkah ketiga adalah perbaiki sistem pendidikan. Hal ini merupakan hal yang tersulit karena banyak sekali faktor yang menghambat seperti faktor ekonomi negara dan pemerataan pendidikan. Menambah jumlah guru di dalam kelas dan mengurangi siswa dalam satu kelas sulit diterapkan di Indonesia walaupun lebih efektif tetapi banyak prioritas pemerintah dalam mengelola bidang pendidikan.