Lebih daripada itu, Qodari juga menjelaskan bahwa tidak abai dengan hasil survei atau aspirasi masyarakat, juga menjadi salah satu sarat kemajuan sepak bola Indonesia. Mengapa bisa demikian? Lagi-lagi, ini merujuk pada fakta bahwa sepak bola adalah milik bersama. Sehingga dengan didengarkannya aspirasi masyarakat, kecintaan mereka terhadap sepak bola juga akan semakin meningkat.
Penulis menganalogikan semisal seperti konteks yang dijelaskan di atas, munculnya nama Erick Thohir dalam perhelatan menjelang KLB PSSI, tidak bisa serta merta ditolak hanya karena ego sektoral. Lebih-lebih ini sudah menjadi temuan dari dua lembaga survei. Maka alih-alih menolaknya, seharusnya hal ini menjadi faktor yang membimbing pihak-pihak yang terlibat dalam KLB untuk menentukan kebijakan.
Pro dan kontra yang dilahirkan akibat kecamuk kepentingan, sudah semestinya mulai diredam jika kita menginginkan sepak bola Indonesia menemui prestasi dan puncaknya. Ini juga yang menjadi alasan mengapa Qodari mengatakan, sikap terbuka terhadap segala bentuk aspirasi adalah syarat kemajuan sepak bola kita.
Di Piala Dunia kali ini, sudah tiga negara Asia yang masuk ke 16 besar: Australia, Jepang, dan Korea Selatan. Jika kita bermimpi Timnas Indonesia ada di sana, maka salah satu sikap yang mesti dibangun adalah dengan tidak anti terhadap survei dan segala bentuk aspirasi masyarakat lainnya.
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H