Sejak diterbitkannya artikel terakhir penulis pada 19 Agustus 2017 lalu, penulis terpaksa menjauhkan diri dari laman Kompasiana. Selain sebagai bagian dari masa transisi penulis menuju dunia akademis perkuliahan yang ketat dengan orientasi persiapan karir yang lebih ngebut, keputusan tersebut juga merupakan awal dari rencana awal penulis untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk membaca dari pada menulis.Â
Yah, meskipun itu semua pun akhirnya tidak terlepas dari beberapa penyesalan : baru merasakan fitur lembar menulis Kompasiana yang lebih canggih dan mudah, hingga ketinggalan banyak kesempatan untuk mengikuti event kepenulisan menarik dan melakukan networking dengan para kompasianer lainnya.
Ini dimulai ketika penulis menyadari, bahwa modal pengalaman konsumsi pengetahuan penulis belum cukup untuk membawa diri yang tengah penuh ambisi ini kearah dunia tulis-menulis yang lebih intens. Kasarnya, keyakinan penulis akan rendahnya penguasaan dan kepemilikan akan struktur pengetahuan --yang mencerminkan intelektualitas-- didalam diri menjadi alasan utama mengapa penulis untuk menahan sebentar berbagi tulisan di Kompasiana.Â
Kondisi ini sebenarnya sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh James W. Potter (2008) dalam teori literasi berbasis kognitif buatannya, bahwa struktur pengetahuan begitu penting untuk menjadi titik perhatian dalam aktivitas produksi-konsumsi informasi. Struktur pengetahuan sendiri adalah sekumpulan informasi dalam ingatan seseorang yang dibentuk secara hati-hati, akurat, dan dalam waktu yang lama.Â
Dengan kata lain, informasi adalah entitas paling dasar dalam membentuk struktur pengetahuan individu. Namun, bukan berarti struktur pengetahuan dibuat semata berdasarkan tumpukan informasi yang dikumpulkan begitu saja. Informasi-informasi tersebut tidak hanya dikumpulkan atau dijadikan satu, melainkan tepatnya diseleksi (mana yang dianggap penting dan mana yang harus dibuang), dirangkai sedemikian rupa hingga ditafsirkan secara kompehensif sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan motif individunya.
Potter mengansumsikan struktur pengetahuan adalah satu dari tiga pembangun kemampuan literasi yang penting. Namun, menurut penulis, adalah terlalu jauh dan terburu-buru membawa nilai tentang pentingnya konsep struktur pengetahuan itu kedalam ranah literasi.Â
Padahal, struktur pengetahuan milik manusia merupakan entitas yang selalu ada didalam kecenderungan individu ketika bermain dengan perbendaharaan informasi. Maksudnya, pada tahap yang paling dasar, struktur pengetahuan menjadi penting bahkan pada konteks aktivitas berinformasi yang paling kecil, yaitu menulis.
Menulis sebagai aktivitas memproduksi informasi sangat memerlukan intervensi dari struktur pengetahuan didalam pikiran kita. Maka, menurut penulis adalah penting bagi siapapun yang gemar dengan ranah menulis untuk sesekali mengkritisi diri dengan pertanyaan sederhana : "apakah misi kepenulisan kita sudah sejalan dengan struktur pengetahuan yang sudah kita miliki ?" Atau yang lebih simpelnya : "apakah kepintaran kita sudah cukup pantas dan padat untuk dibagikan ?"Â
Kira-kira begitulah. Memikirkan kematangan struktur pengetahuan sebelum mulai untuk menulis lebih jauh, merupakan upaya untuk menggambarkan sekaligus mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi yang akan datang dari tulisan kita.Â
Seringkali terjadi sebuah kasus, dimana seseorang membuat tulisan tanpa memperhatikan hal-hal seperti tadi, lalu akhirnya berujung pada penciptaan karya tulis yang tidak baik secara konten : berpotensi disinformasi, multi-tafsir, salah penilaian, atau dalam kadar yang lebih parah bisa merepresentasikan kabar bohong atau hoaks dan juga post-truth. Tulisan yang secara konten tidak dipondasikan oleh struktur pengetahuan yang mumpuni untuk mengakomodasi tema besar yang ada didalamnya, hanya akan merugikan pembacanya, meskipun dalam proses yang tidak langsung.
Kesimpulannya, hobi menulis lebih baik diiringi dengan sikap memperhatikan ukuran dan kesesuaian struktur pengetahuan kita, apakah sudah mumpuni atau belum. Misalnya, jika kita ingin menulis sebuah karya jurnalistik baik, maka bentuklah struktur pengetahuan kita tentang kaidah kepenulisan berita yang baik.Â
Penuhi waktu luang dengan membaca bacaan tentang bagaimana meliput peristiwa yang baik, bagaimana mengkonstruksikan ulang sebuah kejadian kedalam bentuk kata-kata, bagaimana merancang sistematika tubuh berita yang baik, perkaya diri dengan pengalaman-pengalaman kecil seputar peliputan dan produksi berita, melakukan networking dengan yang sudah ahli dalam keprofesian jurnalistik, hingga yang paling dasar namun juga tidak kalah penting adalah membaca berita-berita orang lain.Â
Itu adalah setumpuk rencana yang kiranya dapat dilakukan untuk membentuk struktur pengetahuan seputar dunia jurnalistik yang cukup kuat untuk dijadikan dasar ketika ingin menulis (dan mempublikasikan) berita.
Nah, begitu juga dengan penulis sendiri. Sebelum penulis ingin melanjutkan berbagi tulisan lebih banyak dan lebih luas kepada para kompasianer, hendaknya penulis merasa penting untuk memperkaya diri dengan banyak informasi dan pengalaman demi terwujudnya struktur pengetahuan yang kaya. Ketika sudah merasa cukup banyak membaca, secara psikologis penulis akan lebih percaya diri dalam menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H