Ini adalah narasi tentang keindahan
Tentang senyuman yang menenangkan kegelisahan
tentang sebuah tawa yang menghadirkan keteduhan
Dan kesan nakal yang memaksa bertahan Â
Ah, semesta itu memang sungguh menyebalkan
Begitu pandai mempermainkan hati yang sedang berantakan
Lihai membuat ragu niat yang baru saja terkumpulkan
Semesta itu memang penuh keusilan
Selalu menyuguhkan beberapa kebetulan
Saat pasrah mulai bermunculan
Tapi, aku ingin kau tau kalau ini bukan tentang ungkapan kekesalan
Ini tentang senyummu yang masih membekas memaksa abadi
Tentang temu yang tak disangka terjadi
Tentang gejolak yang semakin menjadi-jadi
Mungkin saja senyum itu tidak kau sengaja
Dan pertemuan itu bagimu biasa saja
Tapi tetap saja
Ingatan itu malah semakin kuat menjajah
Masih kuingat suara tawamu itu
Apalagi tatapan beruntun yang selalu membuatku matikutu
Masih ada yang ingin kuceritakan tentang hari itu
Tapi cukuplah kau tau kalau pikiranku kau  buat tak menentu
Aku harap ini tidak berlebihan
Ini hanyalah ungkapan yang sempat tertahan
Aku tak tau apakah kita ditakdirkan untuk nantinya berjalan searah
Atau mungkin dipaksa untuk kemudian berserah
Tapi kali ini aku akan keras kepala jika semesta meminta mengalah
Aku ingin semesta tau kalau aku lelah harus melulu jadi yang kalah
Kali ini terpaksa harus bersembunyi di balik puisi dulu
Aku cukup sabar menghitung setiap hari yang berlalu
Dan jika nanti semesta menyempatkan sebuah titik temu kembali
Kuharap aku lebih bisa bernyali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H