Keindahan dan keseruan sepakbola Eropa akan hilang dan rusak jika ESL benar-benar terlaksana. Banyak suporter yang nantinya juga akan berkurang dalam menonton tim kesayangannya dan memilih untuk protes dengan melakuan aksi mogok menonton sepakbola. Dan kompetisi lainnya jika ESL hadir juga tidak akan berarti apa-apa, karena sejatinya Eropa adalah kiblatnya sepakbola. Jika suporter bisa memberanikan diri secara mental, seharusnya mereka bisa bersatu untuk melakukan protes besar-bearan di depan kantor UEFA atau protes di hadapan Florentino Perez.
Sepakbola itu sejatinya adalah soal seni dan hiburan, bukan soal uang dan bisnis. Keharian ESL bukan hanya berdampak pada tatanan sea]pakbola Eropa, melainkan juga berdampak pada kesehatan serta mentalitas pemain. Pemain sepakbola adalah manusia, bukan robot atau boneka. Mereka memiliki batas tenaga yang berbeda-beda. Semoga UEFA dan FIFA bisa segera sadar dengan hal ini dan setidaknya berani mengambil keputusan untuk menolak hadirnya proyek liga ESL tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H