Mohon tunggu...
Mario Amarya
Mario Amarya Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Saya hobi menulis dan saat ini sedang mencari pekerjaan tetap yang berhubungin dengan menulis dan menerjemahkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

6 Hal yang Ditakuti Anak SD Dulu dan Sekarang

21 September 2023   12:19 Diperbarui: 21 September 2023   12:31 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali lagi ke masa-masa Sekolah Dasar (SD). Selain bersenang-senang dengan teman-teman semasa SD, pasti kita waktu SD dulu dan juga anak-anak SD jaman sekarang masih memiliki beberapa hal yang ditakuti dan bahkan dihindari. Baik itu takut dengan guru yang galak hingga takut dihukum ketika lupa mengerjakan PR, selalu ada memori tersendiri saat mengingat hal tersebut. Ada yang terjadi hanya di zaman dahulu, bahkan terjadi hingga sekarang. Nah, berikut ini 6 hal yang ditakuti anak SD dulu dan sekarang.

1. Dihukum di depan kelas jika tidak mengerjakan PR

Ilustrasi murid dihukum jika tidak mengerjakan PR. Sumber: istockphoto
Ilustrasi murid dihukum jika tidak mengerjakan PR. Sumber: istockphoto
Saat guru memberi soal ke murid-murid dan jikka waktu pengerjaan soalnya mepet atau tidak terjangkau, pasti guru tersebut menyuruh murid-muridnya untuk mengerjakan soal tersebut di rumah alias jadi PR (Pekerjaan Rumah). Nah, terkadang sebagai anak SD, mengerjakan PR itu di zaman dulu adalah wajib. Jika lupa mengerjakan PR, entah disengaja maupun tidak sengaja, pasti akan kena hukuman dan hukumannya bermacam-macam. Kadang ada yang dihukum dengan cara berjalan jongkok dan tangannya menjewer kedua telinga, dihukum lari lapangan, atau dihukum diam di tempat dengan mengangkat satu kaki. Hal ini justru membuat anak-anak SD di zaman dulu sangat was-was jika diberi PR. Entah mereka mau mengerjakan PR tersebut, atau malah rela dan pasrah dihukum di depan kelas jika tidak mau mengerjakan PR tersebut. Entah di jaman sekarang anak SD masih sering diberi PR atau tidak dan apakah hukuman tidak mengerjakan PR juga msih berlaku atau tidak, yang pasti satu hal ini adalah momok bagi anak-anak SD.

2. Jika nilai ulangan/tes jelek harus ditandatangani oleh orangtua

Ilustrasi mendapatkan nilai tes jelek. Sumber: istockphoto
Ilustrasi mendapatkan nilai tes jelek. Sumber: istockphoto
Saat tes dan ulangan, jika mendapatkan nilai yang rendah atau jelek pasti guru menyuruh muridnya untuk minta tandatangan orangtua. Saat SD, hal tersebut juga sangat ditakuti. Karena pasti saat menunjukkan nilai ulangan yang jelek, orangtua pasti marah dan kadang tidak mau menandatangani hasil ulangan tersebut. Bahkan, ada pula anak SD yang menyembunyikan hasil ulangan atau tes tersebut supaya tidak kena marah orangtuanya dan bahkan juga tidak mau hasil ulangan atau tesnya ditandatangani. Alhasil, jika hasil ulangan atau tesnya tidak ditandatangani pasti juga akan kena hukuman dai sekolah, dan biasanya hukumannya adalah orangtuanya dipanggil ke sekolah untuk diberikan surat peringatan atau skorsing.

3. Razia kuku tangan

Ilustrasi periksa/razia kuku tangan. Sumber: istockphoto
Ilustrasi periksa/razia kuku tangan. Sumber: istockphoto

Saat SD, biasanya sebelum pelajaran dimulai dan guru sudah masuk ruangan kelas, pasti guru meminta 10 jari kuku para muridnya ditaruh di depan meja untuk diperiksa apakah sudah dipotong kukuknya atau masih ada kuku yang panjang. Dan biasanya guru memeriksa sambil berkeliling. Namun, yang lebih menakutkan adalah guru berkeliling dan memeriksa sambil membawa penggars raksasa di tangan! Tujuannya adalah tentu saja saat mendapatkan siswa SD yang kukunya tidak dipotong atau masih panjang, maka jari atau tangan siswa tersebut akan dipukul dengan penggaris raksasa itu. Tentunya rasanya sangat sakit bila dipukul dengan penggaris tersebut. Namun,sebenarnya hal ini bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan anak SD, khususnya dalam merawat tangan dan kuku agar selalu bersih dan terhindar dari kuman.

4. Takut disuntik

Ilustrasi anak SD disuntik. Sumber: istockphoto
Ilustrasi anak SD disuntik. Sumber: istockphoto
Hal ini adalah yang paling bikin anak-anak SD ketar-ketir, panik, dan was-was. Terlebih saat di jam istirahat atau jam pelajaran dimulai, ketika anak-anak SD melihat ke jendela atau pintu kelas ada petugas puskesmas atau petugas rumah sakit yang datang ke sekolah dan memasuki kantor guru, pasti langsung panik dan deg-degan sambil mengira akan ada suntik 'cacar' atau disuntik secara bergilir. Dan saat dugaannya benar, ada yang langsung lari sambil menangis maupun sembunyi di kolong meja atau bahkan bolos sekolah hanya untuk menghindari hal tersebut. Ada juga yang pasrah dan akhirnya berani untuk disuntik. Namun, ada juga yang setelah disuntik langsung menangis tersedu-sedu karena tidak tahan dengan jarum suntik. Biasanya, anak-anak SD yang disuntik ini rata-rata adalah kelas 1 sampai kelas 3. Namun, terkadang kelas 4 hingga kelas 6 juga mendapat giliran dan jatah tersebut. Entah, di era sekarang suntik masihsering dilaksanakan di SD atau sudah dilarang, yang pasti peristiwa ini di jaman dulu sngat membuat anak-anak SD ketakutan dan ketar-ketir.

6. Periksa dan cabut gigi

Ilustrasi periksa dan cabut gigi. Sumber: istockphoto
Ilustrasi periksa dan cabut gigi. Sumber: istockphoto
Hal yang satu ini juga sangat membuat anak-anak SD jaman dulu (mungkin sekarang juga) khawatir dan ketar-ketir. Ketika ada pengumuman bahwa akan ada petugas puskesmas datang ke sekolah dan kali ini datang untuk memeriksa dan mencabut gigi, pasti semua siswa deg-degan dan menangis histeris. Terutama yang giginya sudah goyang-goyang. Sama seperti disuntik, pasti ada saja strategi beberapa siswa SD untuk menghindari hal ini. Ada yang bolos, nekat pulang ke rumah, bersembunyi di kolong meja, maupun bersembunyi di toilet. Dan pasti juga ada yang pasrah dan ikhlas giginya diperiksa dan dicabut oleh petugas puskesmas. Dulu, biasanya periksa dan cabut gigi ini hadir 2 minggu atau sebulan setelah adanya suntik 'cacar'. Dan ruangan yang digunakan adalah ruang kelas. Untuk periksa dan cabut gigi ini, semua kelas dari kelas 1 sampai kelas 6 wajib banget. Di era sekarang, sepertinya hal seperti ini sudah jarang terjadi.

6. Dimarahi guru saat tidak bisa mengerjakan soal dengan benar di depan kelas

Ilustrasi guru memarahi murid di depan kelas. Sumber: istockphoto
Ilustrasi guru memarahi murid di depan kelas. Sumber: istockphoto
Hal yang satu ini adalah momok yang paling menakutkan dari semuanya. Guru galak alias guru killer. Terlebih jika guru galak tersebut menyruh para siswanya satu per satu menerangkan dan menjawab soal di depan kelas. Pasti banyak yang ketakutan, karena jikalau ada yang tidak bisa menerangkan maupun menjawab soal, tentunya guru tersebut akan memarahi muridnya dengan berbagai kata-kata kasar dan suara yang lantang serta bentakan yang keras. Ada yang menanggapi amarah guru tersebut dengan diam dan menunduk, ada pula yang langsung menangis karena tidak tahan dengan amarah guru tersebut. Saat SD jaman dulu, guru galak memang menjadi momok menakutkan terlebih jika guru galak tersebut adalah wali kelas yang kebetulan juga mengampu berbagai mata pelajaran. Di era sekarang, mungkin hampir tidak ada lagi guru yang galaknya seperti itu. Kalaupun masih ada, apalagi tingkat macam SD, pasti tidak ada anak-anak yang betah dengan guru tersebut.

Walaupun keenam hal tersebut sangat ditakuti dan dihindari saat SD baik dulu hingga sekarang, namun beberapa hal tersebut juga ada maknanya bagi pendidikan. Tentunya beberapa hal yang dihindari dan ditakuti tersebut mengajarkan kita dan anak-anak SD era sekarang untuk hidup bersih, disiplin, dan taat. Dan yang tak kalah penting juga adalah, mengajarkan kita menjadi orang yang kuat dan mandiri di masa depan nanti. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun