Mohon tunggu...
Mario Elang
Mario Elang Mohon Tunggu... -

Sedih... sakit... gembira... bahagia... Semuanya dijalani dgn ikhlas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mobil Seharga Sepuluh Dollar

12 Mei 2011   05:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:48 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Persahabatan sejati memang terkadang tak bisa dinilai dengan besarnya uang yang akan kita peroleh atau fasilitas apa yang akan didapat.   Justru malah sebaliknya, persahabatan sejati membutuhkan pengorbanan, meski kadang terbungkus dalam basa-basi keseharian.   Namun inti persahabatan tetap tak dapat dielakkan.  Pengalaman berikut ini mungkin bisa menggambarkan semua itu.

---

Saat mendapat kesempatan menempuh jenjang pendidikan lebih tinggi di negeri orang,  kerepotan mengurus dokumen yang dibutuhkan bisa menyedot konsentrasi ekstra.  Belum lagi harus bolak-balik antara apartemen, kampus, kantor imigrasi dan kedutaan,  energi untuk memikirkan hal lain yang lebih penting bisa terkuras habis.   Mengetahui hal ini,  seorang sahabat warga setempat yang kebetulan mengambil program yang sama sempat memberi perhatian khusus.   Meski sarana transportasi umum  sudah sangat mapan di negeri itu,   dia menyarankan untuk menggunakan taksi.    Selain hemat waktu karena tidak harus menunggu terlalu lama di terminal atau stasiun,  biaya taksi juga relatif tidak memberatkan,  apalagi dibanding dengan waktu yang bisa dihemat selama mengurus berbagai hal termasuk selama menyelesaikan kuliah.  "Hhmm... saran yang bagus,"   pikir saya.

---

Selang beberapa hari setelah itu,  pada suatu sore tiba-tiba telepon saya berdering.    Muncul nama  Lim Kheng Bin di layar hand phone  saya.    Setelah berbasa-basi sedikit,  Kheng Bin  cerita bahwa dia mau menjual mobilnya yang sudah lama tak pernah dia gunakan karena kebetulan dia selalu memakai mobil yang lain.   Lalu sambil bercanda saya bertanya berapa uang yang dia butuhkan sebagai pengganti mobil itu.    Setelah diam sejenak,   dia menyebutkan jumlah yang tak pernah saya sangka sebelumnya,  "Ten dollars,"   katanya dengan yakin.

---

Saya berusaha mencerna dengan cermat tawaran Kheng Bin itu.   Saya tahu dia tidak sedang main-main dengan tawaran itu.  Akhirnya,  pada pertemuan beberapa hari berikutnya,  saya katakan bahwa saya berminat membeli mobilnya.   Ternyata... wow, sebuah mobil Toyota Corolla.   Meski bukan keluaran terbaru,  namun keberadaan mobil itu di tangan saya sungguh akan sangat membantu mobilitas  selama menempuh pendidikan di negeri ini.    Mobil segera berpindah ke tangan saya dan uang sepuluh dollar beserta dokumen jual-beli yang dibutuhkan segera selesai.   Dan selama lebih dari setahun berikutnya,  mobil itu memang terbukti sangat menolong.

---

Menjelang berakhirnya masa studi,  saya mulai mengemasi barang-barang dan sebagian saya kirim ke tanah air via jasa pengiriman.   Lalu pada malam hari menjelang acara convocation esok harinya,   saya menelepon Kheng Bin.    Saya katakan padanya bahwa semua barang sudah saya kemasi dan sebagian sudah saya kirim ke Indonesia.  Namun saya masih kesulitan dengan mobil saya dan bermaksud menjualnya disini.     Lalu dengan ringan dia bertanya berapa harga yang saya inginkan untuk mobil itu.   Setelah berpikir sejenak,  "Ten dollars," kata saya dengan mantab,  semantab saat setahun lalu dia menawarkan mobil itu pada saya.

---

Setelah bertahun-tahun berlalu, bahkan sampai saat inipun saya masih tetap menjalin kontak dengan Lim Kheng Bin,  sahabat sekaligus mentor saya selama menyelesaikan pendidikan di negeri orang.    Dalam beberapa kesempatan bicara  via telepon saya katakan,  "Whenever you come to Indonesia,  I'll offer  you a car  to buy.    But  I'll provide you  a best price,  and  make  sure it will be more than ten dollars."   Biasanya setelah itu kami tertawa bersama.

---

Persahabatan memang seharusnya identik dengan pengorbanan.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dedicated to Colonel Lim Kheng Bin,  Singapore Armed Forces.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun