Ja(ya)karta, kalau ada perkampungan yang kumuh hanya perlu dibersihkan, dipercantik, diperbanyak taman-taman kota yang cantik dan dibangun patung-patung yang bersejarah, dikurangi penggunaan kendaraan pribadi, dibangun banyak trem, LRT, MRT, sehingga menjadi ramah untuk pejalan kaki dan pesepeda, pelayaran dalam kanal-kanal kota dihidupkan kembali, Kota Tua dipugar kembali dijadikan museum-museum baru atau gedung-gedung kesenian, pelabuhan Sunda Kelapa dihidupkan kembali sebagai cagar budaya dan pariwisata, museum-museum-museum yang eksis diperbaiki (termasuk Museum Bahari di Sunda Kelapa yang terlupakan), mal-mal dan industri yang ada didorong untuk relokasi ke luar kota Ja(ya)karta, dan sebagainya. Baru, bila semua ini terwujud di Ja(ya)karta, Bung Karno dapat tersenyum di alam sana karena mimpinya atas Ja(ya)karta sudah terwujud. Tapi siapa orangnya?
Nun jauh di Timur Pulau Jawa, di Kota Pahlawan Surabaya, kota yang juga tempat kelahiran Bung Karno, ada seorang tokoh yang memiliki kriteria paling pas untuk mempercantik Ja(ya)karta, menjadikannya berbudaya.
Dia adalah Risma, Walikota Surabaya. Seorang ibu yang baru bercucu, populer sebagai walikota yang hobinya membangun dan merawat taman kota Surabaya.
Berpendidikan sama dengan Bung Karno, sarjana teknik arsitektur. Risma pada tahun 2015 dianugerahi Doktor Honoris Causa dari Institut Teknologi 10 November dalam bidang Manajemen Pembangunan Kota, kampusnya belajar.
Selain itu banyak penghargaan dari dalam negeri (termasuk Bintang Jasa Utama dari Jokowi pada Agustus 2015) dan luar negeri (termasuk sebagai Walikota Ketiga Terbaik di Dunia dari World City Mayors Foundation pada Februari 2015) atas prestasinya seputar penataan kota dan reformasi birokrasi.
Berlawanan dengan sikap Ahok yang menggusuri kampung nelayan, Risma malah turun langsung mengecat kampung-kampung nelayan sembari berdiskusi dengan warga nelayan.
Berlawanan dengan Ahok yang hendak menyiram massa demonstran dengan bensin, Risma turun langsung menghadapi massa demonstran berdiskusi dan massa bubar dengan kesadaran sendiri. Berkat prestasi dan empatinya yang tinggi kepada masyarakat, Risma pun diberikan penghargaan oleh rakyat Surabaya dengan dipilih lagi pada Pilkada serentak tahun 2015 dengan perolehan suara mutlak 86,3%.
Namun memang sosok Risma harus didampingi oleh tokoh kuat yang tidak gentar memback-up Risma menghadapi orang-orang kuat di Ja(ya)karta yang berpotensi menghambat program-program Risma untuk mempercantik dan menjadikan Ja(ya)karta sebagai Kota yang berbudaya.
Tokoh tersebut, selain berintegritas tinggi, haruslah juga dapat membantu menciptakan keamanan Ibukota sebagai Jantung Negara, yang paling penting haruslah orang yang dapat loyal kepada Jokowi- bukan kepada siapapun.
Dan ternyata sosok tersebut sudah ada. Ada yang bilang dia adalah “Hoegeng Abad 21”, seorang jenderal sederhana yang sudah teramat langka ada di era yang penuh dengan kepentingan saat ini: Budi Waseso (Buwas).***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H