Mohon tunggu...
S. Marindra
S. Marindra Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidik dan Pegiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berbahagialah Duhai, Pengabdi..!

28 Desember 2018   21:44 Diperbarui: 28 Desember 2018   23:10 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IG: @surahmanrasyid

Seseorang pernah berkata bahwa kehidupan tak pernah lepas dari dua hal: Bila bukan engkau yang meninggalkan, cepat atau lambat engkaulah yang akan ditinggalkan. 

Kepergian seseorang terkadang begitu sulit diterima. Namun seperti kalimat pembuka di atas, kepergian adalah keniscayaan. Bila bukan engkau yang melakukannya terlebih dahulu, berarti dia yang akan mendahuluimu. 

Beberapa waktu lalu, alumni Sarjana Mendidik di Daerah 3T (SM-3T) berduka cita atas kepergian Surahman Rasyid. Setelah menjalani perawatan selama lebih sepuluh hari di Rumah Sakit Bhayangkara-Makassar, dengan tetes airmata dan senyumnya yang khas, 21 Desember ia berpulang menghadap Ilahi.

Surahman Rasyid menjalani pengabdiannya sebagai guru SM-3T di Sitaro, Sulawesi Utara. Lalu melanjutkan kuliah Program Profesi Guru (PPG SM-3T). Setelah itu, ia tetap mengabdikan dirinya untuk terjun mengedukasi anak negeri. Tak kenal lelah berkeliling nusantara. Dari pelosok Sumatera hingga pedalaman Papua bersama Masyarakat SM-3T Institute (MSI). Sekali lagi, demi mengedukasi anak negeri. Tanpa bayaran materi.

Mungkin dari perjalanan luar biasa itulah, maka saat ia terbaring di rumah sakit, begitu banyak doa-doa kesembuhan terlangitkan untuknya. Meskipun, pada akhirnya Sang Pencipta berkehendak lain.

Tentang doa-doa yang ribuan untuknya, semoga tak keliru bila penulis menarik pelajaran bahwa mungkin hidup adalah perihal seberapa kuat, juga seberapa tulus dan ikhlasnya pengabdian kita pada hal-hal baik. Bisa jadi engkau berpendapat bahwa kita tak akan hidup karena cinta saja, tetapi hidup pun bukan sekadar materi bukan? Ada banyak hal yang bisa membuatmu bahagia meski kantongmu kosong melompong. Barangkali pengabdianlah jawabannya.

Mungkin tidak sedikit di antara kita yang berharap agar kelak kepergiannya seperti kepergian Surahman Rasyid; yang kelak saat tiba waktu sakit, beribu-ribu doa terpanjatkan. Hingga pada waktunya kita menghadapi sakaratul nanti, masih bisa tersenyum sambil menutup mata seperti beliau.

Bang Rahman...! Baktimu pada negeri, akan selalu terkenang oleh mereka yang mengenalmu, Bang..! Berbahagialah..! Bahkan tiada pun, engkau masih saja menginspirasi. Sejuta hormat untukmu...! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun