Seorang pemimpin pembelajaran harus membangun ekosistem yang merangsang kreativitas untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat bergantung pada perspektif ekologis.Â
Dalam hal ini, modal yang ada adalah kekuatan atau kekurangan. Pemimpin yang memandang segala sesuatu yang dimilikinya sebagai kekuatan tidak akan fokus pada kekurangannya tetapi akan berusaha menggunakan kelebihan atau sumber daya yang dimilikinya.Â
Dengan kata lain, pemimpin harus mampu memberdayakan sumber daya yang ada di sekolahnya untuk mengembangkan dan memajukan sekolah sehingga dapat mencapai visi dan misi sekolah. Pengelolaan 7 modal utama oleh pemimpin pembelajaran sebagai aset/kekuatan sekolah.
 Pemimpin pembelajaran juga harus dapat memanfaatkan pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset, diantaranya Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja, dan Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Cara implementasinya di kelas, sekolah dan komunitas sekolah antara lain pertama dengan memahami bagaimana menjadi pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, memetakan 7 aset teratas yang ada di sekolah, menetapkan rencana program sebagai pemimpin peserta didik dalam pengelolaan sumber daya, berkoordinasi dengan kepala sekolah. sebagai pemangku kepentingan, menyebarluaskan rencana yang dikembangkan dan penelitian bahan penelitian untuk rekan kerja untuk berbagi praktik terbaik, memanfaatkan sumber daya menggunakan pendekatan berbasis aset saat melakukan kegiatan sekolah, bekerja dengan semua pemangku kepentingan di sekolah untuk mengumpulkan umpan balik dan refleksi dari peta berbasis aset.
Pengelolaan sumber daya yang tepat dan kemampuan untuk mendorong pembelajaran kelas yang lebih berkualitas merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah.Â
Modal manusia, khususnya guru dan tenaga kependidikan, merupakan salah satu modal yang berkorelasi langsung dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Sekolah dapat mendorong guru untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan pribadi melalui seminar, pelatihan, dan kegiatan lain yang mendukung self-efficacy saat ini.Â
Pengelolaan modal lingkungan dikombinasikan dengan modal fisik berkorelasi dengan peningkatan pembelajaran siswa. Lingkungan sekolah yang menguntungkan secara sosial dan politik menciptakan kenyamanan, kesenangan, dan berpihak pada murid. Sumber daya tersebut merupakan aset sekolah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Sebagaimana Pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan sebagai sebuah proses "Menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak -anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi -tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat".Â
Maka, sebagai Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya sekolah, seharusnya memanfaatkan seluruh kodrat alam dan kodrat zaman yang ada sebagai sebuah kekuatan aset yang dimiliki untuk mendorong sebuah agen perubahan transformasi pendidikan dalam mewujudkan merdeka belajar dan mewujudkan pembelajaran yang berkualitas yang berpihak pada murid.
Apabila kita mengaitkan dengan Visi Misi, Nilai dan Peran Guru Penggerak pada modul sebelumnya. Maka, melalui inisiatif perubahan yang berbasis kekuatan/aset/potensi dengan mengembangkan potensi pribadi, memetakan kekuatan dala diri dan potensi muid, dan merencanakan dan mengelola strategi perubahan.Â
Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memiliki visi guru penggerak yang berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui alur BAGJA. Pada konsep terebut dapat juga digunakan sebagai pengelolaan sumber daya yang ada disekolah. Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan.
Salah satu aset/kekuatan berupa modal agama dan budaya. Budaya positif di lingkungan sekolah merupakan budaya yang mendukung segala bentuk perkembangan murid dengan tujuan memanusikan manusia dengan menerapkan disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, sehingga akan menghasilkan produk murid yang memiliki karakter kuat di masa depan. Misalnya dengan melakukan langkah-langkah resitusi dalam menyelesaikan masalah pada murid sehingga menciptakan murid yang memiliki karakter positif di masa depannya.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang sangat berpihak kepada murid berupa pemetaan murid berupa kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid yang berbeda sesuai dengan keunikannya. Sebelum melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, seharusnya guru sudah memetakan minat belajar siswanya.Â
Diferensiasi dalam proses pembelajaran dicapai dengan memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada di sekolah, seperti guru dan siswa, modal lingkungan dan modal fisik. Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan strategi seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, yang menekankan pada keterampilan dan pengelolaan mengenai aspek-aspek sosial emosional.Â
Teknik kesadaran diri (mindfulness) juga dapat dijadikan strategi bagaimana cara mengelola sumber daya manusia, yaitu murid melalui tahapan tersebut maka potensi kecerdasan sosial emosional anak bisa berkembang secara optimal.
Proses coaching sangat membantu dapat terus belajar dari situasi yang terjadi. Bersikap terbuka bukan untuk mengoreksi coachee, tetapi untuk terkoneksi. Bukan untuk mengkonfrontasi, tetapi untuk memberi tahu, tetapi untuk membangunkan kesadaran diri. Seorang Coach membantu coachee untuk mengembangkan pemikiran ke depan dengan mengajukan pertanyaan-petanyaan akan lebih maksimal dalam mengelola sumber daya yang ada di sekolah.
Sebagai pemimpin pembelajaran dalam prosesnya akan selalu berhadapan dengan dua situasi yakni, dilema etika dan bujukan moral yang dituntut pada pengembilan keptusan. Sebagai pemimpin pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang baik, diharapkan pada pengambilan keputusan tersebut dengan mengedepankan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi seluruh elemen yang terlibat didalamnya.
Melalui 9 langkah pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajar akan lebih maksimal dalam pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah. Dengan menggunakan 4 paradigma (individu lawan masyarakat, kebenaran lawan kesetiaan, keadilan versus belas kasihan, dan jangka pendek versus jangka panjang). Dan 3 prinsip yaitu berfikir berbasis hasil akhir, berfikir berbasis peraturan dan berfikir berbasis rasa peduli. 9 langkah pengambilan keputusan antara lain : mengenali ada nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini, pengujian benar benar atau salah, pengujian paradigm benar atau salah, prinsip pengambilan keputusan, investigasi opsi trilema, buat keputusan, dan tinjau lagi keputusan dan refleksikan.
Sebelum mempelajari modul ini, saya melihat masalah dari perspektif kekurangannya yang mencegah saya mengelola sumber daya yang tersedia di sekolah dan tidak memanfaatkan potensi/aset secara optimal. Namun, setelah mempelajari modul 3.2, saya diarahkan untuk berpikir bagaimana mengelola sumber daya dengan pendekatan berbasis aset, yang saya rasakan sekarang adalah saya dapat berpikir positif tentang setiap kelemahan/kekurangan yang ada dan dapat mengelolanya atau memanfaatkan sumber daya yang tersedia di sekolah serta berusaha untuk memaksimalkan potensi sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H