Calon mahasiswa tidak mampu menilai serta memilih berdasarkan kualitas dari pengajaran yang mereka terima. Jika saja lembaga perankingan memiliki metode yang efektif dan efisien untuk mengukur seberapa banyak pengetahuan dan produktifitas yang didapatkan oleh mahasiswa dari perguruan tinggi serta membuat peringkat atas dasar ini, maka cerita akan berbeda. Mahasiswa akan bisa memilih kampus yang efektif berdasarkan peringkat ini. Para pemimpin perguruan tinggi dan birokrat akan lebih mudah melihat seberapa baik sistem pengajaran perguruan tinggi bersangkutan. Universitas akan merasakan ketakutan jika peringkat mereka turun karena mahasiswa bisa mengetahui bahwa efektif atau tidak memilih berkuliah di suatu universitas. Pada sistem ini maka tekanan yang akan diterima oleh universitas adalah memperbaiki pengajaran mereka. Dosen yang sukses mengajar di kelas akan dicari serta mendapatkan penghargaan selayaknya.
Situasi aktual di kampus saat ini menurut Bok tidak seperti ini. Sistem perankingan yang ada tidak memberikan data secara langsung atas kualitas pengajaran. Yang mereka bandingkan adalah output sebagai proksi kualitas. Output berupa kepintaran para dosen yang ditunjukkan oleh hasil penelitian. Output berupa nama besar dari universitas di mata stakeholder. Output berupa hasil lulusan di dunia kerja. Lulusan yang tidak ditentukan oleh kualitas pengajaran tetapi karena mahasiswanya sendiri merupakan pilihan terbaik dari yang terbaik. Calon mahasiswa elit yang telah ditempa pada pendidikan elit pre-universitas selama belasan tahun menjadi manusia kritis haus ilmu yang hanya perlu diberikan tantangan. Mereka akan bisa belajar mudah dan terus mendalami ilmu tanpa perlu banyak menyita waktu bimbingan secara mendalam sehingga dosen bebas meneliti atau menjadi konsultan perusahaan. Â Tambahan lagi biaya mahal juga bisa menyaring bahwa mahasiswa mereka merupakan kalangan berada. Kalangan berada dimana para orangtuanya sudah memiliki usaha sehingga anak bisa sukses dari warisan, memiliki network yang luas sehingga bisa membantu anak lebih pasti sukses dalam dunia kerja dan atau memiliki pengetahuan luas untuk sukses di dunia kerja sehingga bisa menjadi mentor anak.
Keadaan yang membuat memastikan keberlangsungan reputasi lebih efektif investasi lebih banyak kepada hasil penelitian atau memenangkan kompetisi antar mahasiswa. Rangking tinggi akan menjamin bahwa mahasiwa akan lebih banyak datang mendaftar. Sehingga  universitas elit bisa menjaring dan memilih mahasiswa sesuai kriteria calon orang sukses dan menjamin biaya mahal tidak menghalangi calon mahasiswa. Siklus yang terulang akan membuat universitas elit tidak perlu bersaing dengan memperbaiki sistem pengajaran. Â
Calon mahasiswa yang berbondong-bondong ke penyedia  dengan daya tarik yang dangkal berupa reputasi menyebabkan persaingan tidak pernah tentang kualitas pengajaran. Dosen yang bekerja keras dalam pengajaran mereka dan melakukan pekerjaan yang terbaik membantu  siswa mereka belajar tidak akan dihargai dan bahkan akan tersingkir jika tidak memiliki penelitian. Lembaga memiliki insentif untuk sangat tidak mendukung jika dosen berfokus pada pengajaran di universitas riset.Â
Pada institusi elit tidak butuh pengakuan atas kualitas pendidikannya. Kualitas pendidikan mereka akan diakui karena mahasiswa mereka adalah creme de la creme. Murid-murid terbaik dan ambisius yang bahkan dengan pengajaran seadanya akan mampu sukses di dunia kerja.Â
Universitas riset tidak perlu terlalu peduli dengan kualitas pengajaran dan kelas yang membosankan. Mereka yang pernah kuliah di PT elit dan pendidikan elit pre-universitas pasti bisa membandingkan kualitas penyampaian ilmu. Fokus pendanaan pada PT riset adalah mengejar menjadi yang terdepan dan dengan itu pada investasi di riset.
Pertanyaan yang bisa saya ajukan adalah berapa banyak mahasiswa Indonesia yang merupakan creme de la creme setara kualitas mahasiswa di negara maju?Â
Apakah pendidikan pre-universitas di Indonesia sudah mampu menyajikan calon mahasiswa mandiri yang haus akan ilmu? Jika kedua hal di atas telah terpenuhi maka investasi pendanaan besar pada universiats riset dan ranking dunia akan berguna. Jika tidak maka investasi itu akan seperti memberi nutrisi menambah kekuatan berlari kepada anak yang masih belum bisa jalan.
Referensi
Amsler, S.S. and Bolsmann, C., 2012. University ranking as social exclusion. British journal of sociology of education, 33(2), pp.283-301.
Bok, D., 2009. Universities in the marketplace: The commercialization of higher education (Vol. 49). Princeton University Press.